
5 Hari Merosot, Dolar Australia Kembali ke Bawah Rp 10.100!

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah merosot 5 hari beruntun dan kembali ke bawah Rp 10.100/AU$, nilai tukar dolar Australia menguat tajam melawan rupiah hingga pertengahan perdagangan Rabu (15/6/2022). Tetapi, dolar Australia masih berpeluang berbalik merosot seperti yang terjadi dalam dua hari terakhir hingga kembali ke bawah Rp 10.100/AU$.
Pada pukul 11:52 WIB, dolar Australia diperdagangkan di kisaran Rp 10.166/AU$, melesat 0,72% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Kemarin, dolar Australia di awal perdagangan sempat menguat sekitar 1% sebelum berbalik melemah 0,62% ke 10.094/AU$ dan mencatat pelemahan 5 hari beruntun.
Dolar Australia kembali mendapat tekanan dari China. Euforia dicabutnya karantina wilayah (lockdown) di Shanghai, ternyata kabar gembira itu tidak bertahan lama. Distrik Minhang di Shanghai kembali memberlakukan lockdown akibat kenaikan kasus positif Covid-19.
Hal ini memberikan sentimen negatif ke dolar Australia. Sebab, China merupakan pasar ekspor terbesar Australia.
Di ibukota Beijing, pemerintah setempat juga kembali menerapkan aturan tegas. Tempat hiburan di Beijing kembali ditutup.
Pemerintahan Presiden Xi Jinping memang tidak main-main soal Covid-19. China masih menganut kebijakan tanpa toleransi (zero tolerance) terhadap Covid-19. Begitu ada kluster penularan, langsung lockdown.
"Iklim usaha di China belum kondusif meski sejumlah kota sudah dibuka kembali, karena kebijakan zero Covid-19. Setiap pagi, masyarakat tidak tahu apakah lockdown akan kembali berlaku," tegas Christophe Lauras, Presiden Kamar Dagang Prancis untuk China, sebagaimana diwartakan Reuters.
Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini mengumumkan nilai impor Indonesia bulan lalu sebesar US$ 18,61 miliar. Naik 30,74% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Sementara ekspor pada Mei 2022 tercatat US$ 21,51 miliar. Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia masih surplus US$ 2,9 miliar. Surplus tersebut lebih rendah jauh bulan sebelumnya US$ 7,56 miliar, juga dari konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari13 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Mei akan mencapai US$ 3,57 miliar.
Meski demikian, neraca perdagangan Ibu Pertiwi terjaga surplus selama 25 bulan beruntun, yang bisa menjaga transaksi berjalan tetap surplus.
Transaksi berjalan menjadi penting untuk menjaga kinerja rupiah, sebab menunjukkan arus devisa ke dalam negeri yang tidak gampang datang dan pergi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Libas Semua Dolar, Rupiah Terbaik di Asia Lagi!
