
Harga Bensin di Amerika Tertinggi Sepanjang Masa!

Selain AS, konsumsi di China juga dikhawatirkan bakal berkurang. Setelah euforia dicabutnya karantina wilayah (lockdown) di Shanghai, ternyata kabar gembira itu tidak bertahan lama. Distrik Minhang di Shanghai kembali memberlakukan lockdown akibat kenaikan kasus positif Covid-19.
Di ibukota Beijing, situasi juga mencekam. Chaoyang, distrik paling padat di Beijing, menggelar tes massal untuk memisahkan populasi yang sakit dari populasi yang sehat.
"Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di China. Kondisinya sangat tidak pasti," lanjut Flynn.
Pemerintahan Presiden Xi Jinping memang tidak main-main soal Covid-19. China masih menganut kebijakan tanpa toleransi (zero tolerance) terhadap Covid-19. Begitu ada kluster penularan, langsung lockdown.
"Iklim usaha di China belum kondusif meski sejumlah kota sudah dibuka kembali, karena kebijakan zero Covid-19. Setiap pagi, masyarakat tidak tahu apakah lockdown kembali berlaku," tegas Christophe Lauras, Presiden Kamar Dagang Prancis untuk China, sebagaimana diwartakan Reuters.
Masalahnya, China adalah konsumen minyak terbesar dunia setelah AS. Lockdown tentu akan membuat aktivitas dan mobilitas warga Negeri Panda berkurang, sehingga menurunkan permintaan energi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
