Cur Hancur! Batu Bara Makin Hancur, Seminggu Harga Ambles 14%
Jakarta, CNBC Indonesia - Pelemahan harga batu bara yang berlangsung pekan lalu masih berlanjut. Pada perdagangan Senin (13/6/2022), harga batu bara kontrak Juli di pasar internasional ditutup di harga US$ 337 per ton. Melemah 2,32%.
Harga batu bara menyentuh titik terendah sejak 4 Mei 2022. Pelemahan harga batu bara kemarin juga memperpanjang tren negatif batu hitam yang sudah berlangsung sepekan terakhir.
Dalam sepekan, harga batu bara sudah anjlok 14,5% sementara dalam sebulan jatuh 6,8%. Dalam setahun, harga batu bara masih melesat 171,8%.
Pelemahan harga batu bara dipicu penurunan permintaan serta kekhawatiran akan peningkatan kasus Covid-19 di China. Permintaan akan batu bara diperkirakan akan melemah karena sejumlah negara yang selama ini mengejar pasokan sudah mengamankan pasokan. Uni Eropa yang akan melakukan embargo larangan impor batu bara dari Rusia pada Agustus mendatang sudah meningkatkan impor pada Mei.
Impor energi negara-negara Eropa melonjak dalam 100 hari setelah serangan Rusia ke Ukraina. Selain karena kenaikan harga, peningkatan nilai impor juga karena mereka mengejar pasokan.
Menurut data Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA), Jerman menjadi negara dengan nilai impor energi fosil terbanyak dengan nilai 12,1 miliar euro. Urutan berikutnya adalah Italia, Belanda, dan Turki.
India yang tengah dilanda krisis energi juga akan meningkatkan produksi untuk mengamankan pasokan sekaligus menekan impor. Dilansir dari Livemint.com, impor batu bara India diperkirakan akan turun 11,4% menjadi 186 juta ton untuk tahun fiskal yang berakhir pada Maret 2023. Impor India akan terus menurun menjadi 172 juta ton pada tahun fiskal 2024-2025 dan 173 juta ton pada 2027-2028.
Sementara itu, peningkatan kasus di China membuat pelaku pasar dan investor khawatir jika Negeri Tirai Bambu akan kembali mengetatkan mobilitas untuk sejumlah wilayah seperti Beijing dan Shanghai. Sebagian wilayah Shanghai kembali lockdown kembali dari akhir pekan hingga Rabu minggu ini karena pemerintah tengah melakukan tes masal kepada jutaan warga di pusat bisnis China tersebut. Padahal, lockdown di Shanghai baru saja dibuka selama 10 hari setelah kota tersebut digembok sepanjang akhir April-Mei tahun ini.
Kota Beijing juga dikhawatirkan akan digembok kembali setelah ditemukannya 166 kasus baru dari kluster bar bernama Heaven Supermarket.
Tambahan kasus Covid-19 di China sebenarnya menurun dari 220 pada Minggu (11/6/2022) dibandingkan hari sebelumnya yang tercatat 275. Namun, China masih menerapkan zero Covid strategy sehingga tambahan kasus di atas 200 merupakan angka yang besar bagi mereka.
China merupakan konsumen terbesar batu bara di dunia sehingga pengetatan mobilitas dikhawatirkan akan melemahkan gerak ekonomi sekaligus permintaan akan batu bara.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)