
IHSG Memang Kebakaran Tapi Asing Masih Borong Saham

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup ambruk lebih dari 1% pada perdagangan Senin (13/6/2022), di tengah memburuknya sentimen pasar setelah rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) yang kembali meninggi.
Indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup ambruk 1,29% ke posisi 6.995,44. IHSG pun break ke bawah zona psikologisnya di 7.000.
IHSG dibuka anjlok 1,33% di posisi 6.992 pada perdagangan sesi I hari ini. Tetapi pada perdagangan sesi II, koreksi IHSG cenderung terpangkas meski pemangkasannya tidak terlalu besar.
Nilai transaksi indeks pada hari ini mencapai sekitaran Rp 17 triliun dengan melibatkan 28 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,6 juta kali. Sebanyak 96 saham menguat, 484 saham melemah, dan 117 saham stagnan.
Meski IHSG ambruk lebih dari 1%, tetapi investor asing kembali melakukan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp 376,82 miliar di seluruh pasar, dengan rincian sebesar Rp 299,85 miliar di pasar reguler dan sebesar Rp 76,97 miliar di pasar tunai dan negosiasi.
Asing melakukan pembelian bersih di saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) sebesar Rp 148,4 miliar dan di saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sebesar Rp 110,5 miliar.
Dari pergerakan sahamnya, saham MDKA ditutup ambruk 5,43% ke harga Rp 4.700/unit. Sedangkan saham BBNI berakhir melemah 0,6% ke posisi Rp 8.250/unit.
Sebaliknya, penjualan bersih dilakukan asing di saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp 226 miliar dan di saham PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) sebesar Rp 43,6 miliar.
Saham BBCA ditutup stagnan di harga Rp 7.350/unit, sedangkan saham INTP berakhir ambrol 2,66% ke posisi Rp 9.150/unit.
IHSG mengekor koreksi bursa global pada hari ini, di mana bursa Asia-Pasifik juga terpantau ambles. Indeks Nikkei Jepang ambruk 3,01%, Hang Seng Hong Kong anjlok 3,39%, Shanghai Composite China merosot 0,89%, Straits Times Singapura ambrol 1,3%, dan KOSPI Korea Selatan longsor 3,52%.
Sementara itu dari bursa Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat pekan lalu, ketiga indeks utama juga kembali ambruk lebih dari 2% bahkan lebih dari 3%.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup ambruk 2,73%, S&P 500 ambles 2,91%, dan Nasdaq Composite anjlok 3,52%.
Tekanan jual yang dihadapi IHSG dan bursa Asia-Pasifik pada hari ini dipicu oleh sentimen pelaku pasar yang sedang memburuk pasca rilis data inflasi AS pada Jumat pekan lalu. Hal ini membuat bursa saham global berjatuhan karena kekhawatiran bahwa inflasi ternyata belum mencapai puncaknya.
Data terbaru menunjukkan inflasi dari sisi konsumen AS yakni consumer price index (CPI) pada Mei 2022 melesat 8,6% secara tahunan (year-on-year/yoy). Inflasi tersebut naik dari bulan sebelumnya 8,3% (yoy) dan menjadi rekor tertinggi sejak 1981.
Kemudian inflasi inti yang tidak memasukkan sektor energi dan makanan naik 6% (yoy). Secara bulanan (month-to-month/mtm) inflasi naik 1% dan inflasi inti 0,6% (mtm). Harga energi berkontribusi besar terhadap kenaikan inflasi.
Sepanjang Mei harga energi naik 3,9% dari bulan sebelumnya. Sementara dibandingkan Mei 2021, harga energi melonjak hingga lebih dari 34%. Dengan harga minyak mentah yang masih tinggi saat ini, ada kekhawatiran inflasi masih akan terus meninggi.
Data inflasi terbaru membuat pasar semakin yakin bahwa bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) akan menaikkan suku bunga secara agresif.
Mengutip CME FedWatch, peluang kenaikan Federal Funds Rate sebesar 50 basis poin (bp) menjadi 1,25-1,5% adalah 76,8%. Bahkan, kenaikan 75 bp ke 1,5-1,75% juga masuk perhitungan dengan kemungkinan 23,2%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000