Gara-gara Ini, Indonesia Bakal Salip Jauh China!
Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan melesat pada tahun ini, yang diungkapkan laporan bank dunia belum lama ini. Ditambah ada commodity boom yang memberikan dorongan pada ekonomi RI.
Dilaporkan RI tahun 2021 lalu tumbuh 3,7%. Sementara pada tahun ini diperkirakan dapat tumbuh 5,1%.
Meski sebenarnya ekonomi RI seharusnya bisa sedikit lebih tinggi, namun guncangan global menahan laju pertumbuhan 0,1%.
Peningkatan itu pun akan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi China. Negara itu dilaporkan diperkirakan mengalami pertumbuhan 4,3%.
Bahkan ekonomi Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan tahun ini. Pada 2021 sebesar 5,7% lalu merosot 2,5% di tahun 2022.
Ekonomi AS melambat karena lonjakan inflasi terjadi dalam beberapa waktu terakhir dan direspon dengan kenaikan suku bunga acuan.
Perlambatan dialami oleh Eropa, yakni dari 5,4% menjadi 2,5%. Rusia menjadi -8,9% dari sebelumnya 4,7%. Turki dari 11% menjadi 2,3% dan Polandia dari 5,9% menjadi 3,9%. Sementara India dari 8,7% menjadi 7,5%.
Penurunan drastis juga terjadi di Brasil dan Meksiko. Tahun ini, ekonomi diramal hanya bertumbuh di bawah 2%. Sedangkan ekonomi Argentina bertumbuh 4,5% dari posisi 10,3% pada tahun sebelumnya.
Ada beberapa faktor yang mengakibatkan perlambatan ekonomi. Yakni terjadi karena Covid-19 yang kembali menyebar, perubahan arah kebijakan moneter, hambatan rantai pasok, perang Rusia dan Ukraina, hingga inflasi.
Commodity Boom
Kepala Ekonom Citibank Indonesia Helmi Arman Mukhlis dalam webinar Asian Development Bank bertajuk Indonesia Development Talk 6, Rabu (8/6/2022), mengungkapkan commodity boom merupakan rejeki nomplok buat Indonesia.
"Namun rejeki nomplok itu disumbang karena kenaikan harga, bukan karena peningkatan volume. Jadi, tidak berarti menerima rejeki nomplok itu diterjemahkan langsung ke kegiatan ekonomi yang dapat mendorong produk domestik bruto (PDB)," jelas Helmi.
Oleh karena itu, Helmi berpandangan agar rejeki nomplok yang diterima negara saat ini, seharusnya diinvestasikan atau diputar untuk digunakan ke sektor ekonomi lain.
Seperti diketahui, pemerintah meyakini, adanya durian runtuh dari commodity boom menambah penerimaan negara sebesar Rp 420,1 triliun pada tahun ini.
Helmi memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini, dengan adanya commodity boom, akan membawa pertumbuhan ekonomi mencapai hingga 5%, dari sebelumnya diproyeksikan hanya 4,8%.
"Mengingat perkembangan positif harga komoditas dan tidak adanya kenaikan harga bahan bakar, kami baru-baru ini menaikkan proyeksi kami untuk PDB menjadi sekitar 5% tahun ini," ujarnya.
(vap/vap)