Waspada, Angin Resesi Makin Terasa!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 June 2022 17:40
mata uang rupiah dolar dollar Bank Mandiri
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Inflasi memang menyakitkan, dia adalah 'copet' yang membuat kantung berlubang. Harga barang dan jasa yang naik gila-gilaan pasti sangat memberatkan, terutama bagi mereka yang berpendapatan tetap.

Oleh karena itu, dibutuhkan upaya ekstra dalam menjangkar ekspektasi inflasi agar tidak bergerak liar. Kenaikan suku bunga adalah salah satunya. Dengan kenaikan suku bunga, maka uang beredar akan berkurang dan saat jumlahnya turun maka nilai uang bisa relatif lebih terjaga.

Namun kenaikan suku bunga harus dibayar mahal. Seperti punya bodyguard yang melindungi kita dari copet, ada biaya yang harus dikeluarkan.

Kenaikan suku bunga akan membuat biaya ekspansi rumah tangga dan dunia usaha menjadi ikut terkerek. Akibatnya, konsumsi dan investasi akan melambat sehingga ikut menahan pertumbuhan ekonomi.

Bank Dunia pun memberi wanti-wanti. Pada 1970-an, saat dunia mengalami inflasi tinggi akibat kenaikan harga minyak (oil boom), bank sentral di berbagai negara juga menaikkan suku bunga acuan secara agresif.

Efek sampingnya luar biasa, ekonomi bukannya tumbuh malah terkontraksi alias minus. Bahkan sampai menyebabkan resesi global.

"Upaya pemulihan saat itu membutuhkan kenaikan suku bunga acuan secara tajam. Akan tetapi, dampaknya adalah memicu resesi global dan krisis keuangan di negara berkembang," tulis Bank Dunia dalam laporan Global Economic Prospect edisi Juni 2022.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular