Covid di China 'Belum Habis', Harga Nikel Anjlok 1%

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
10 June 2022 16:29
INFOGRAFIS, Larangan Ekspor Biji Nikel
Foto: Infografis/Larangan Ekspor Biji Nikel/Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Beijing dan Shanghai kembali siaga Covid, tak sampai dua minggu sejak pembukaan kembali pusat ekonomi China tersebut. Hal ini nyatanya berdampak negatif terhadap laju nikel dunia.

Pada Jumat (10/6/2022) pukul 15.43 WIB harga nikel dunia tercatat US$ 27.745/ton, melemah 1% dibandingkan dengan harga penutupan kemarin.

Beberapa wilayah di Shanghai kembali memberlakukan pembatasan ketat pada hari ini. Penduduk di distrik Minhang diwajibkan untuk tinggal di rumah selama dua hari dalam upaya membatasi penularan virus corona (Coronavirus Disease 2019/Covid-19).

Minhang adalah distrik yang ditempati oleh dua juta lebih penduduk. Adapun pembatasan akan dicabut setelah uji asam nukleat pada 11 Juni berakhir.

Perlu diketahui, China memegang prinsip zero Covid. Hal ini memungkinkan lockdown meskipun jumlah kasus terinfeksi terbilang sedikit.

Penutupan sebagian wilayah di Shanghai dinilai investor bahwa risiko Covid di konsumen utama nikel, China, masih tinggi. Sehingga rentan menggerus permintaan nikel.

Di sisi lain, inflasi produsen pabrik China mendingin pada Mei tertekan oleh melemahnya permintaan komoditas industri utama termasuk nikel akibat lockdown di China.

Indeks harga produsen (PPI) naik 6,4% year-on-year/yoy berdasarkan rilis Biro Statistik Nasional (NBS). Nilai tersebut lebih lambat dibanding April di 8,0% yoy.

China sendiri adalah konsumen nikel terbesar di dunia. Menurut Statista, konsumsi China mencapai 1,31 juta ton. Sehingga permintaan dari China memiliki pengaruh terhadap laju harga nikel. 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article NIkel Melemah Hari Ini, Tenang... Masa Depannya Cerah!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular