
GGRP Resmikan Mesin Baru Demi Tambah Pasokan Baja

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Gunung Raja Paksi Tbk (GGRP) meresmikan mesin Light Section Mill (LSM) senilai Rp 1 triliun, pada Kamis (9/6). Peresmian ini menjadi komitmen GRP dalam memenuhi kebutuhan baja dalam negeri, khususnya jenis H Beam (I-H Section).
Presiden Direktur GRP Abednedju Giovano Warani Sangkaeng mengatakan pemasangan mesin LSM sendiri rencananya selesai pada 2020. Penyelesaian bergeser menjadi tahun ini karena adanya pandemi Covid-19.
"Saat ini, telah dilakukan cold commissioning mesin tersebut," ujar Argo, panggilan Abednedju dalam keterangan tertulis, Jumat (10/6/2022).
Dia menambahkan hal ini juga dilakukan untuk mendukung upaya pemerintah mengurangi ketergantungan barang impor dan bangga dengan memakai produk dalam negeri.
Selain itu, dengan beroperasinya mesin LSM ini diharapkan bisa mendukung kemajuan industri dalam negeri, terutama dalam meningkatkan kapasitas, kualitas dan efisiensi biaya.
"Kebutuhan nasional untuk baja profil I dan H Section adalah sekitar 500 ribu ton. Artinya, dengan penambahan kapasitas ini, GGRP dapat memenuhi pasar dalam negeri dalam jangka waktu 6 sampai 7 tahun, dengan asumsi kenaikan 6 % per tahun," jelasnya.
Investasi mesin ini merupakan salah satu komitmen GGRP untuk melaksanakan penyesuaian struktural safeguard serta mendukung program pemerintah untuk meningkatkan kapasitas produksi nasional sebesar 18 juta ton di 2024.
"Kami berharap agar pemerintah dapat terus mendukung produsen dalam negeri mengingat besarnya investasi yang telah dikeluarkan oleh GRP dalam rangka penambahan kapasitas produksi dan memperkuat industri baja dalam negeri," kata Argo.
Dengan investasi pada mesin LSM sebesar Rp 1 triliun, total investasi yang ditanamkan perusahaan untuk menambah kapasitas produksi sudah mencapai Rp 4,5 triliun. Selain pada mesin LSM, investasi lain adalah di hulu produk dengan pemasangan mesin Blast Furnace sebesar sekitar Rp 3,5 triliun.
(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Krakatau Steel Mau Right Issue Rp 2,8 T untuk Bayar Utang