
Selain Garuda, Emiten Ini Punya Utang Lebih Dari Rp 50 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Maskapai penerbangan pelat merah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) baru saja memaparkan final penyelesaian setumpuk utang yang menggunung di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Selain Garuda, emiten lainnya juga sempat diterpa isu utang menggunung serta likuiditas yang tertekan dalam termasuk Waskita Karya (WSKT) hingga Sri Rejeki Isman (SRIL).
Sejatinya utang merupakan bagian dari bisnis perusahaan, khususnya yang bergerak di industri yang membutuhkan modal besar. Kebutuhan modal ini selain dari kas internal juga biasanya dikombinasikan dengan pinjaman. Akan tetapi jika utang gagal dikonversi menjadi modal kerja produktif yang dapat mendorong kinerja keuangan, maka ini akan menjadi masalah besar.
Utang tinggi jika diikuti dengan aset lancar yang besar juga, arus kas positif serta kinerja keuangan cemerlang tidak akan menjadi ancaman. Sebaliknya, utang tinggi yang tidak diikuti hal tersebut di atas akan menjadi sinyal kondisi keuangan yang tidak sehat.
Lantas, emiten apa saja yang memiliki utang jumbo?
Mengutip data dari Refinitiv, ada 11 perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan utang lebih dari Rp 50 triliun. Komponen utang ini adalah utang jangka panjang, porsi utang jangka panjang yang segera jatuh tempo hingga pinjaman jangka pendek.
Berikut secara rinci 11 emiten dengan utang lebih dari Rp 50 triliun hingga akhir tahun lalu. Sebagai catatan, penjabaran utang di bawah bukan berarti menunjukkan semua emiten sedang sakit.
1. Bank Mandiri (BMRI) total utang senilai Rp 280,56 triliun. Adapun ekuitas perusahaan tercatat sebesar Rp 204,68 triliun dengan arus kas bebas Rp 19,24 triliun dan laba bersih Rp 28,03 triliun.
2. Bank Rakyat Indonesia (BBRI) total utang senilai Rp 153,67 triliun. Adapun ekuitas perusahaan tercatat sebesar Rp 288,73 triliun dengan arus kas bebas Rp 13,13 triliun dan laba bersih Rp 31,06 triliun.
3. Garuda Indonesia (GIAA) total utang senilai Rp 115,89 triliun. Adapun ekuitas perusahaan tercatat sebesar negatif Rp 26,95 triliun atau mengalami defisiensi modal dengan arus kas bebas negatif Rp 13,67 triliun dan kerugian Rp 34,30 triliun.
4. Astra International (ASII) total utang senilai Rp 72,49 triliun. Adapun ekuitas perusahaan tercatat sebesar Rp 172,05 triliun dengan arus kas bebas Rp 28,54 triliun dan laba bersih Rp 20,20 triliun.
5. Telkom Indonesia (TLKM) total utang senilai Rp 69,08 triliun. Adapun ekuitas perusahaan tercatat sebesar Rp 121,65 triliun dengan arus kas bebas Rp 19,04 triliun dan laba bersih Rp 24,76 triliun.
6. Waskita Karya (WSKT) total utang senilai Rp 67,87 triliun. Adapun ekuitas perusahaan tercatat sebesar Rp 10,07 triliun dengan arus kas bebas negatif Rp 1,54 triliun dan mengalami rugi Rp 1,10 triliun.
7. Bank Tabungan Negara (BBTN) total utang senilai Rp 65,95 triliun. Adapun ekuitas perusahaan tercatat sebesar Rp 21,41 triliun dengan arus kas bebas Rp 2,52 triliun dan laba bersih Rp 2,38 triliun.
8. Jasa Marga (JSMR) total utang senilai Rp 63,45 triliun. Adapun ekuitas perusahaan tercatat sebesar Rp 20,61 triliun dengan arus kas bebas negatif Rp 3,06 triliun dan laba bersih Rp 1,62 triliun.
9. Indofood Sukses Makmur (INDF) total utang senilai Rp 62,02 triliun. Adapun ekuitas perusahaan tercatat sebesar Rp 48,26 triliun dengan arus kas bebas Rp 7,60 triliun dan laba bersih Rp 7,64 triliun.
10. Bank Negara Indonesia (BBNI) total utang senilai Rp 54,32 triliun. Adapun ekuitas perusahaan tercatat sebesar Rp 123,74 triliun dengan arus kas bebas Rp 10,31 triliun dan laba bersih Rp 10,90 triliun.
11. Indah Kiat Pulp & Paper (INKP) utang senilai Rp 50,85 triliun. Adapun ekuitas perusahaan tercatat sebesar Rp 67,80 triliun dengan arus kas bebas Rp 5,43 triliun dan laba bersih Rp 7,51 triliun.
Emiten BUMN rajin utang
Secara total kesebelas emiten dengan utang raksasa totalnya mencapai Rp 1.000 triliun atau lebih dari seperti total utang dari seluruh perusahaan publik di Indonesia.
Dari sebelas perusahaan dengan utang jumbo, delapan di antaranya merupakan emiten pelat merah. Komposisi utang delapan emiten BUMN utang jumbo setara dengan 30% total utang di BEI.
Mayoritas emiten di bursa memiliki utang yang relatif kecil dengan kinerja yang juga tidak terlalu cemerlang. Tercatat 84% emiten (648 perusahaan) memiliki utang lebih kecil dari Rp 10 triliun dan kinerja laba (rugi) berada di rentang rugi lebih kecil Rp 1 triliun dan laba lebih kecil dari Rp 1 triliun.
Beberapa emiten kakap dengan kinerja keuangan fantastis, memiliki laba yang relatif sangat kecil, seperti Bank Central Asia yang meski mencatatkan laba Rp 31,42 triliun hanya memiliki utang Rp 2,04 triliun saja. Lebih fantastis lagi adalah emiten pertambangan batu bara Bayan Resources (BYAN) yang tidak memiliki utang dan mampu mencetak laba bersih hingga 17,28 triliun.
Sebaliknya emiten dengan kinerja keuangan buruk tapi memiliki utang jumbo termasuk Garuda Indonesia, Waskita, Medco Energi Internasional (MEDC), dan Sri Rejeki Isman (SRIL).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Deretan BUMN yang Rugi Gede di Indonesia, Siapa Paling Parah?