
Investor Wait and See, Bitcoin cs Cenderung Flat

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga kripto utama terpantau bervariasi cenderung mendatar pada perdagangan Jumat (10/6/2022), karena investor cenderung wait and see menanti rilis data inflasi di Amerika Serikat (AS) pada periode Mei 2022.
Melansir data dari CoinMarketCap pada pukul 09:35 WIB hari ini, Bitcoin melemah 0,7% ke harga US$ 29.981,21/koin atau setara dengan Rp 437.126.042/koin (asumsi kurs Rp 14.580/US$), Ethereum terkoreksi 0,53% ke US$ 1.783,47/koin atau Rp 26.002.993/koin.
Sedangkan kripto yang cenderung menguat yakni koin digital (token) BNB, menguat 0,45% ke US$ 289,06/koin (Rp 4.214.495/koin), XRP bertambah 0,22% ke US$ 0,4004/koin (Rp 5.838/koin), dan Solana melesat 3% ke US$ 40,05/koin (Rp 583.929/koin).
Berikut pergerakan 10 kripto utama pada hari ini.
![]() |
Bitcoin kembali terkoreksi ke kisaran harga US$ 29.000, setelah sebelumnya bertahan di kisaran US$ 30.000. Hingga hari ini, Bitcoin masih diperdagangkan di kisaran sempit yakni di US$ 29.000-US$ 30.000. Tetapi sejatinya, Bitcoin pada hari ini cenderung mendatar.
Bitcoin dan kripto yang cenderung beragam terjadi di tengah sikap investor yang masih memasang mode wait and see, jelang rilis data inflasi AS pada periode Mei 2022.
Mereka yang cenderung berhati-hati juga dapat dilihat dari Crypto Fear and Greed Index, di mana indeks yang mengukur psikologis investor, utamanya Bitcoin masih berada di angka 13, yang berarti masih berada di zona 'extreme fear'.
![]() Crypto Fear & Greed Index |
Crypto Fear and Greed Index adalah skor yang menggambarkan sentimen pasar kripto dengan rentang skor mulai dari 0 hingga 100. Namun, perlu dicatat bahwa terlepas dari namanya, indeks ini hanya mengukur Bitcoin saja, bukan pasar aset kripto secara keseluruhan.
Zona Fear (skor 0 sampai 49) menunjukkan bahwa pasar cenderung undervalued dan oversupply, yang dapat menjadi sinyal waktu yang tepat untuk membeli, atau untuk buy the dip.
Sementara Zona Greed (skor 50 hingga 100), menunjukkan bahwa cryptocurrency dinilai terlalu tinggi dan mungkin berada di tengah-tengah gelembung (bubble). Hal ini dapat menjadi tanda bahwa periode pasar yang bullish dapat segera berakhir.
Data inflasi Negeri Paman Sam periode bulan lalu akan dirilis malam ini waktu Indonesia. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan inflasi AS bulan lalu berada di 8,3% (year-on-year/yoy), tidak berubah dibandingkan bulan sebelumnya. Inflasi masih bertahan di level yang sangat tinggi.
Jika inflasi masih tinggi, maka hampir pasti bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) makin yakin untuk menaikkan suku bunga acuan secara agresif.
Mengutip CME FedWatch, pasar memperkirakan The Fed akan menaikkan Federal Funds Rate sebesar 50 basis poin (bp) ke 1,25-1,5% dalam rapat bulan ini. Peluang ke arah sana mencapai 94,9%.
Kenaikan suku bunga acuan akan menjadi sentimen negatif di pasar saham dan kripto.
Selain memantau inflasi di AS, investor juga menimbang dari hasil rapat bank sentral Uni Eropa (European Central Bank/ECB).
Bank sentral Benua Biru tersebut tetap mempertahankan suku bunga acuan deposit rate -0,5%. Suku bunga acuan berada di teritori negatif sejak 2014.
Namun, nada hawkish sangat kentara dalam rapat kali ini. Program pembelian aset alias quantitative easing (QE) akan berakhir pada 1 Juli, dan dalam rapat 21 Juli mulai menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bp.
"Dewan berencana kenaikan suku bunga kebijakan sebesar 25 bp dalam Juli. Dewan juga memperkirakan ada kenaikan lagi pada September. Jika inflasi diperkirakan masih tinggi, maka kenaikan suku bunga acuan yang lebih tinggi pada September menjadi layak," sebut keterangan tertulis ECB.
"Kami akan memastikan inflasi kembali sesuai target 2% dalam jangka menengah. Ini bukan langkah, tetapi perjalanan," kata Lagarde dalam konferensi pers usai rapat, sebagaimana diwartakan Reuters.
Dalam proyeksi terbarunya, ECB memperkirakan inflasi di Zona Euro pada 2022 mencapai 6,8%. Naik ketimbang proyeksi sebelumnya yakni 5,1%.
"Jika Anda ingin (inflasi) bisa 2,1% pada 2024 dan seterusnya, apakah penyesuaian (suku bunga acuan) akan lebih tinggi? Jawabannya adalah ya," lanjut Lagarde.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pecinta Kripto Merapat, Bitcoin Sentuh US$ 31.000!