AS di Bibir Jurang Resesi, Ini Dampak Ngerinya Bagi Indonesia

Redaksi, CNBC Indonesia
10 June 2022 08:50
INFOGRAFIS, Utang RI di Pemerintahan Jokowi Naik Lagi, Ini Detailnya
Foto: Infografis/ Utang RI di Era Jokowi/ Edward Ricardo

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyiapkan antisipasi dari kebutuhan pembiayaan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) ketika krisis keuangan terjadi. Di mana penarikan utang saat ini harus ditebus dengan biaya mahal.

"Biaya defisit lebih mahal dalam situasi dunia yang volatile," ujar Sri Mulyani.

Diketahui inflasi yang melonjak tinggi di berbagai negara maju dan berkembang direspons dengan kenaikan suku bunga acuan. Seperti yang dilakukan Amerika Serikat (AS), negara kawasan Eropa dan Amerika Selatan. Hal ini mendorong pengetatan likuiditas secara global.

Dampaknya yield obligasi akan naik. Sehingga ketika pemerintah menerbitkan surat utang dalam kondisi sekarang, beban cicilan utang yang harus dibayar beberapa waktu mendatang akan sangat mahal.

"Likuiditas akan menciptakan goncangan di pasar global. ini harus diantisipasi yang trennya bergeser, berimbas ke sosial keuangan dan berimbas ke keuangan," jelasnya.

Sehingga opsi yang diambil pemerintah adalah mengurangi defisit anggaran. Akhir tahun diperkirakan defisit pada level 4,50% PDB atau Rp 868 triliun, lebih rendah dari yang sebelumnya 4,8% PDB atau Rp 840,2 triliun. Sementara tahun depan defisit akan berada di bawah 3% PDB.

Langkah tersebut dibantu oleh tambahan penerimaan akibat lonjakan harga komoditas sebesar Rp 420 triliun. Selain digunakan untuk pembayaran subsidi dan bantuan sosial, dana tersebut ditujukan untuk mengurangi penerbitan surat utang.

Pemerintah juga masih memiliki cadangan anggaran dari tahun sebelumnya serta dukungan dari Bank Indonesia (BI).

(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular