
10 Saham Top Gainers & Top Losers, Dari ADMR Hingga HITS

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah pada perdagangan Kamis (9/6/2022) kemarin, di mana IHSG gagal mempertahankan zona psikologisnya di 7.200.
Indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup turun 0,15% ke posisi 7.180,83. IHSG pun terlempar dari zona psikologisnya di 7.200.
Perdagangan kemarin cukup menarik untuk dicermati, pasalnya selama seharian, IHSG berada di zona hijau, bahkan cenderung hijau kuat. IHSG dibuka melemah dan ditutup juga melemah. Namun selama perdagangan berlangsung IHSG cenderung selalu berada di zona positif. IHSG hanya terkoreksi di awal dan di akhir perdagangan.
Meski IHSG kembali terkoreksi, tetapi investor asing kembali melakukan aksi beli bersih (net buy) cukup jumbo yakni mencapai Rp 1,16 triliun di seluruh pasar, dengan rincian sebesar Rp 902,64 miliar di pasar reguler dan sebesar Rp 261,21 miliar di pasar tunai dan negosiasi.
Adapun nilai transaksi indeks pada perdagangan kemarin mencapai sekitaran Rp 17 triliun dengan melibatkan 29 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,6 juta kali. Sebanyak 202 saham terapresiasi, 318 saham terdepresiasi, dan 173 saham stagnan.
Di tengah terkoreksinya lagi IHSG, beberapa saham menjadi top gainers. Berikut sepuluh saham yang menjadi top gainers pada perdagangan Kamis kemarin.
![]() |
Saham emiten perikanan yakni PT Cilacap Samudera Fishing Industry Tbk (ASHA) kembali masuk ke jajaran top gainers pada perdagangan kemarin, setelah sempat masuk ke jajaran top losers pada Senin pekan ini.
Saham ASHA ditutup meroket 22,08% ke harga Rp 376/saham pada perdagangan kemarin. Nilai transaksi saham ASHA pada Kamis kemarin mencapai Rp 258,42 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 785,96 juta lembar saham. Investor asing mengoleksi saham ASHA sebesar Rp 176,14 juta di pasar reguler.
Pada pekan lalu, saham ASHA terus bertengger di posisi pertama top gainers harian dalam dua hari beruntun, yakni pada Senin dan Selasa pekan lalu. Namun pada perdagangan Kamis pekan lalu, saham ASHA tergeser ke posisi 6. Sedangkan pada Jumat pekan lalu, posisi ASHA di top gainers kembali naik ke posisi 2.
Sebelumnya, emiten perikanan yang masuk sektor consumer non-cyclicals ini melepas 1,25 miliar saham di harga Rp 100 saat penawaran perdana (initial public offering/IPO). Artinya dana segar yang diperoleh emiten ini mencapai Rp 125 miliar.
Dalam rencana bisnisnya, salah satu penggunaan dana yang diperoleh dari IPO adalah untuk mengakuisisi PT Jembatan Lintas Global (PT JLG), di mana PT JLG memiliki lokasi strategis di Jawa Timur, dengan limpahan ikan segar dari Pantai Utara dan Pantai Selatan serta tersedianya SDM, serta akses langsung ekspor melalui Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
ASHA merupakan perusahaan perikanan yang terintegrasi dengan beroperasi 40 tahun lebih di industri perikanan. Produk bahan baku perikanan Cilacap Samudera berasal dari hasil tangkapan kapal sendiri dan juga dari supplier atau pihak ketiga.
Selain saham ASHA yang kembali masuk jajaran top gainers kemarin, adapula saham emiten batu bara sekaligus anak usaha dari PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), yakni saham PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR).
Saham ADMR ditutup melesat 9,38% ke harga Rp 2.450/saham pada perdagangan kemarin. Nilai transaksi saham ADMR pada perdagangan kemarin mencapai Rp 640,90miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 267,22 juta lembar saham. Asing juga mengoleksi saham ADMR sebesar Rp 71,5 juta di pasar reguler.
Melesatnya saham ADMR terjadi saat saham induknya yakni ADRO mengalami koreksi. Kenaikan harga saham ADMR juga terjadi di tengah terkoreksinya harga batu bara acuan dunia.
Dalam sepekan, harga batu bara juga sudah anjlok 6,6% secara point-to-point (ptp). Namun, dalam sebulan harga batu bara masih menguat 3,3% sementara dalam setahun harganya melonjak 208,1%.
Pelemahan harga batu bara disebabkan meningkatnya pasokan, diskon batu bara Rusia, serta turunnya penjualan baja.