Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia bergerak turun. Maklum, sebelumnya harga si emas hitam sempat naik lumayan tinggi sehingga menggoda investor untuk mencairkan keuntungan.
Kemarin, harga minyak jenis brent berada di US$ 119,51/barel. Turun 0,18% dari posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Sedangkan yang jenis light sweet atau West Texas Intemediate (WTI) harganya US$ 118,5/barel. Berkurang 0,31%.
Sebelumnya, harga minyak sempat naik dua hari beruntun. Harga brent dalam dua hari tersebut naik hampir 3%.
Sepertinya iming-iming cuan nyaris 3% itu sudah cukup untuk membuat pelaku pasar tergiur. Kontrak minyak pun mengalami tekanan akibat aksi jual sehingga harganya terkoreksi.
Halaman Selanjutnya --> Harga Minyak Masih Bisa Nanjak
Akan tetapi, ke depan sepertinya ruang harga minyak untuk kembali naik sangat terbuka. Menipisnya pasokan di pasar dunia menjadi penyebabnya.
Pekan lalu, OPEC+ memang menyepakati tambahan produksi sebanyak 648.000 barel/hari pada Juli dan Agustus. Namun tidak semua negara anggota OPEC+ punya kapasitas untuk menggenjot produksi minyak mereka.
"Hanya sebagian anggota OPEC+ yang punya kemampuan. Kami memperkirakan tambahan produksi OPEC+ pada Juli akan sebesar 160.000 ribu barel/hari dan Agustus 170.000 barel/hari," sebut riset JPMorgan.
Selain itu, pasokan minyak dari Iran ke pasar dunia juga masih terkendala. Kembalinya Teheran ke kesepakatan nuklir dengan negara-negara Barat masih berproses, dan tidak bisa terjadi dengan cepat. Oleh karena itu, sanksi terharap Iran masih akan berlaku, termasuk embargo minyak.
Citi memperkirakan minyak dari Iran baru mulai masuk ke pasar global pada kuartal I-2023. Oleh karena itu, Citi menaikkan proyeksi harga minyak untuk tahun ini.
Rata-rata harga brent pada kuartal II-2022 diperkirakan ada di US$ 113/barel, naik US$ 14 dari proyeksi sebelumnya. Sementara rata-rata harga untuk kuartal III dan IV masing-masing US$ 99/barel dan US$ 85/barel, naik US$ 12.
TIM RISET CNBC INDONESIA