Sektor Properti Diramal Bangkit Tahun Ini, Apa Terbukti?

Feri Sandria, CNBC Indonesia
06 June 2022 15:35
Gambar Konten, Saudagar-Saudagar Properti di Indonesia
Foto: Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Sektor properti yang sempat tertekan akibat pandemi covid-19, diramal akan bangkit tahun ini. Hal ini salah satunya didorong oleh berbagai insentif yang dikeluarkan pemerintah, termasuk insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP).

Pertengahan Februari lalu, Wakil Menteri Keuangan Indonesia, Suahasil Nazara dalam Property Oulook 2022 yang dihelat CNBC Indonesia mengungkapkan bahwa sektor properti masih menjadi salah satu motor pertumbuhan ekonomi nasional.

"Pada 2022 ini kita lihat ini diberikan selama 9 bulan sampai September nanti yaitu insentif PPN DTP 50% diskon penjualan rumah yang paling tinggi Rp2 miliar dan diskon 25% dengan harga jual rumah Rp2 miliar hingga Rp5 miliar," ungkap Suahasil.

Pandangan yang sama juga dikemukakan oleh Dewan Kehormatan Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) Jawa Barat Asep Ahmad Rosidin, yang dilansir Detik.com mengungkapkan bahwa bisnis properti sudah kembali meningkat tahun ini.

Lalu apakah kondisi sektor riil tersebut sudah tumbuh sesuai dengan prediksi? Menggunakan data kinerja sejumlah emiten properti terbesar di Tanah Air, Tim Riset CNBC Indonesia menemukan bahwa ramalan tersebut memang mulai terlihat, meskipun di beberapa metrik kondisi di sektor properti masih jauh dari harapan.

Sebagai catatan, masih terdapat beberapa emiten properti besar yang masih belum melaporkan kinerja interim untuk kuartal pertama tahun ini yakni Pakuwon Jati (PWON), Alam Sutera Realty (ASRI) dan Puradelta Lestari (DMAS).

Adapun 10 emiten properti besar yang telah melaporkan kinerja keuangannya yakni Sentul City (BKSL), Bumi Serpong Damai (BDSE), Ciputra Development (CTRA), Kawasan Industri Jababeka (KIJA), Lippo Cikarang (LPCK), Lippo Karawaci (LPKR), Plaza Indonesia Realty (PLIN), PP Properti, Summarecon Agung (SMRA) dan Surya Semesta Internusa (SSIA).

Dari sepuluh emiten properti besar tersebut, diketahui bahwa total agregat pendapatan tercatat naik 7,07% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Meski demikian total pendapatan tersebut masih sedikit kurang dari seperempat total pendapatan tahun lalu atau 23,47%.

Dari sepuluh emiten tersebut, tujuh diantarnya mencatatkan kenaikan pendapatan dengan yang terbesar dibukukan oleh PPRO dan SSIA yang mampu tumbuh lebih dari 70% secara tahunan (yoy). Adapun dari tiga emiten lainnya, penyusutan terbesar dicatatkan oleh BKSL yang pendapatannya turun hingga 78% tahun ini.

Adapun empat emiten yang pendapatannya menyentuh 13 digit, tiga diantarnya tercatat naik masing-masing lebih dari 20%, dengan hanya LPKR yang tertekan 12,07% di tiga bulan pertama tahun ini.

Sementara itu, jika dilihat dari sisi bottom line, kinerja sepuluh emiten properti masih mengecewakan. Satu perusahaan tercatat masih merugi yakni SSIA, dua emiten tercatat malah berbalik menjadi rugi dari semula untung di kuartal pertama tahun 2021 yakni BKSL dan LPKR dan dua emiten lagi kinerja labanya terpangkas nyaris 50% pada tiga bulan pertama tahun ini.

Kinerja terburuk dicatatkan oleh LPKR yang pada kuartal pertama tahun lalu mampu mencetak laba Rp 256 miliar, kini mengalami kerugian Rp 568 miliar. Sepanjang tahun 2021, LPKR juga mencatatkan kinerja terburuk dari 10 emiten tersebut dengan kerugian mencapai Rp 1,60 triliun.

Adapun dua emiten dengan kinerja terbaik adalah SMRA yang labanya melejit 373% secara tahunan dan CTRA yang mampu tumbuh 73%.

Secara agregat, total laba 10 emiten tersebut ambles 68% tahun ini, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Bahkan jika pun LPKR yang memiliki kinerja laba terburuk dikeluarkan, kinerja gabungan sembilan emiten tercatat masih tertekan 19%.

Dari sisi ekuitas, secara agregat kesepuluh emiten tersebut tercatat meningkat tipis 0,45% dari posisi akhir tahun 2021 lalu. Pertumbuhan ekuitas terbesar dicatatkan oleh CTRA yang tumbuh 2,30%, sedangkan yang terburuk lagi-lagi dicatatkan oleh LPKR yang menyusut 1,89% dalam tiga bulan terakhir.

Terakhir dari kinerja saham, sektor properti masih tertekan. IDX Sector Properties & Real Estate yang mengukur kinerja saham 77 emiten di sektor tersebut masih terkoreksi 8,23% tahun ini. Sementara itu, dibandingkan dengan posisi yang sama tahun lalu, indeks tersebut masih ambles 12%.

Meskipun secara parsial, sektor properti tampaknya sudah mulai sedikit membaik secara perlahan tahun ini. Pemulihan tersebut ternyata masih sangat terbatas, setidaknya jika dilihat dari proksi kinerja emiten sektor properti.


(fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham Properti Loyo, Gegara Raksasa Properti China Bangkrut?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular