China Cabut Lockdown, Harga Tembaga Cetak Rekor!

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
06 June 2022 11:29
Indonesia lewat PT Indonesia Alumunium (Inalum) menguasai 51% saham PT Freeport Indonesia. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, melakukan kunjungan kerja ke tambang Freeport di Timika, Papua pada 2-3 Mei 2019.

Dalam acara, Jonan mengunjungi tambang emas legendaris milik Freeport Indonesia, yaitu Grasberg, yang lokasinya 4.285 meter di atas permukaan laut.

Tambang Grasberg ini akan habis kandungan mineralnya dan berhenti beroperasi pada pertengahan 2019 ini. Sebagai gantinya, produksi meas, perak, dan tembaga Freeport akan mengandalkan tambang bawah tanah yang lokasinya di bawah Grasberg.

Dalam kunjungan tersebut, Jonan didampingi Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas, Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin, serta sejumlah pejabat Kementerian ESDM.

Perjalanan menuju Grasberg dilakukan menggunakan bus khusus, dan sempat disambung dengan menggunakan kereta gantung atau disebut tram yang mengantarkan hingga ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut, dan disambung dengan bus lagi hingga ke puncak Grasberg.

Cuaca gerimis serta oksigen yang tipis menyambut kedatangan Jonan dan rombongan di lokasi puncak Grasberg.

Dalam kunjungannya Jonan mengatakan, tantangan saat ini adalah membuat operasional Freeport terus berjalan dengan baik, dan produksi, keselamatan kerja, serta lingkungan dapat terjaga dengan baik.

Jonan meminta agar tidak ada hambatan dalam pengelolaan tambang Freeport pasca pengambilalihan 51% saham oleh Inalum.

Jonan juga meminta agar ke depan peranan Freeport terhadap masyarakat Papua makin besar, lewat pembangunan sarana dan prasarana seperti sekolah serta rumah sakit atau puskesmas. (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)
Foto: Tambang Freeport Grasberg, Timika (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga dunia menguat menyentuh level tertinggi sejak satu bulan. Pelonggaran yang diterapkan oleh pemerintah China di Shanghai dan Beijing menjadi pendukung laju harga.

Pada Senin (6/6/2022) pukul 10.00 WIB harga tembaga dunia tercatat US$ 9.696/ton, melesat 1,84% dibandingkan harga penutupan sebelumnya. Ini adalah harga tertinggi sejak 29 April.

Setelah Shanghai, kini Beijing mulai kembali normal setelah selama dua bulan terkurung akibat upaya menekan laju virus corona (Coronavirus Disease 2019/Covid-19).

"Beijing akan lebih jauh melonggarkan pembatasan Covid-19 dengan mengizinkan makan di dalam ruangan, karena ibu kota China terus kembali normal dengan penurunan tekanan," kata media pemerintah China, dikutip Reuters (5/6/2022).

Selain restoran, pemerintah Beijing juga mencabut larangan terkait aktivitas di kantor dan penutupan jalan. Pekerja di beberapa wilayah sudah diwajibkan bekerja di kantor.

Hal ini menjadi sentimen positif bagi pasar tembaga sebab permintaan logam merah tersebut diharapkan akan berangsur pulih. Tembaga dipakai dan digunakan sebagai bahan baku pembuatan perlengkapan sehari-hari, pembangunan, infrastruktur, transportasi, kelistrikan dan industri.

Terlebih lagi China sendiri adalah konsumen tembaga olahan terbesar di dunia dengan mengonsumsi 54% dari total volume konsumsi tembaga dunia, melansir data Statista.

Sementara itu masih belum adanya kejelasan dari hasil perundingan antara pemerintah Peru dan masyarakat Fuerabamba terkait tambang Las Bambas turun menopang harga tembaga.

Adanya kendala produksi di tambang Las Bambas akan membuat pasokan tembaga dunia bisa tersendat. Pasalnya, Las Bambas, yang dimiliki oleh China's MMG Ltd, memasok 2% dari tembaga global.

Peru adalah produsen tembaga nomor dua di dunia dengan memproduksi 2,3 juta ton tembaga pada tahun 2021, menurut statistik pemerintah. Las Bambas memproduksi hampir 300.000 ton sementara Cuajone memproduksi 170.000 ton, dengan total 20% dari produksi tembaga nasional.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Terlalu Perkasa, Tembaga Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular