
Kurs Dolarnya Naik, Singapura Tak Krisis Ayam Lagi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Krisis ayam yang melanda Singapura turut berdampak pada pergerakan mata uangnya. Sepanjang pekan lalu, dolar Singapura jeblok hingga 1,5% melawan rupiah.
Sementara itu pada perdagangan Senin (6/6/2022), pukul 10:13 WIB, dolar Singapura diperdagangkan di kisaran Rp 10.507/SG$, menguat 0,17% di pasar spot melansir data Refinitiv.
Seperti diketahui, isu krisis ayam di Singapura mencuat pada pekan lalu setelah Malaysia menghentikan ekspornya mulai 1 Juni.
Produksi Malaysia mengalami penurunan karena beberapa faktor yakni meningkatnya biaya produksi ayam, infeksi penyakit, dan kondisi cuaca. Penurunan ini pun mendorong harga ayam.
Selain itu, Kuala Lumpur saat ini juga sedang menyelidiki terkait dugaan kartel ayam. Mereka juga mencium bahwa ada dugaan bahwa kartel itu telah mengatur harga dan produksi.
Reuters(Rabu,1/6/2022) melansir, Singapura selama ini mengandalkan pasokan pangan impor. Untuk kebutuhan daging ayam, hingga 34% diimpor dari Malaysia, 49% dari Brasil, dan 12% dari Amerika Serikat.
"Pengumuman mendadak oleh Malaysia kemungkinan akan berdampak buruk pada harga ayam dan produk terkait di Singapura," kata Presiden Asosiasi Konsumen Singapura (CASE) Melvin Yong.
Hilangnya sepertiga pasokan tersebut tentunya bisa memicu kenaikan harga gila-gilaan. Inflasi di Singapura bisa kembali melejit, yang akan berdampak buruk bagi perekonomian.
Namun, Menteri Dalam Kelestarian Negara dan Lingkungan Hidup, Desmond Tan, menegaskan krisis ayam tidak akan terjadi, sebab akan ada impor dari negara lain.
"Kami memperkirakan akan adanya tambahan supply, baik itu ayam dari Thailand dan Australia dan ayam beku dari beberapa negara seperti Brasil dan Amerika Serikat dalam beberapa pekan ke depan," kata Tan, sebagaimana dilansir Bloomberg, Minggu (5/6/2022)
"Supply ayam Singapura masih stabil berkat gerak cepat pada importir, distributor dan supermarket, bekerja sama dengan Badan Makanan Singapura," tambah Tan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Singapura Liar Pekan Ini, Efek Pengetatan Moneter?
