Sudah Awal Pekan Lagi, Jangan Lewatkan Kabar Pasar Hari Ini

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
06 June 2022 07:50
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Bak Zombie, Ini Sederet Emiten Bakrie yang Dipelototi BEI

Grup Bakrie merupakan salah satu konglomerat bisnis paling terkenal di Indonesia. Sempat mengalami masa jaya di pertengahan tahun 2000-an, tapi saat ini emitennya yang mengalami tantangan operasional bisnis, termasuk di antaranya likuiditas terbatas bahkan ada yang ekuitasnya negatif.

Awal pekan ini, Bursa Efek Indonesia mengumumkan lebih dari 100 saham mendapatkan notasi khusus. Mayoritas emiten Grup Bakrie namanya tercantum dalam daftar tersebut.

Delapan emiten Grup Bakrie yang mendapat notasi khusus bergerak di lintas sektor dengan catatan beragam, termasuk harga rata-rata 6 bulan kurang dari Rp 51/unit, ekuitas negatif dan likuiditas kecil.

Dari sisi likuiditas, tercatat setidaknya tiga emiten Bakrie yang menjadi perhatian otoritas bursa, dua di antanya mengalami defisiensi modal (ekuitas negatif) dan satu lainnya memiliki likuiditas rendah.

Tunas Ridean Go Private, Siapkan Rp 713,97 M Buat Buyback

PT Tunas Ridean Tbk (TURI) berencana untuk melakukan go private atawa mengubah status dari perusahaan terbuka menjadi perusahaan tertutup.
Perusahaan telah mempersiapkan langkah untuk rencana ini, termasuk soal kesiapan dana untuk membeli kembali saham publik atau buyback saham.

Jumlah saham publik perseroan adalah 419,98 juta saham. Perusahaan mematok harga buyback saham sebesar Rp 1.700 per unit. Dalam melakukan delisting, perseroan akan melakukan pembelian kembali saham yang dananya berasal dari dana internal dan eksternal (bank).

Namun, perseroan memastikan kalau penggunaan dana tidak akan menyebabkan kekayaan bersih perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh ditambah dengan cadangan wajib yang disisihkan.

Dana yang disiapkan dari internal sebanyak Rp 1,3 triliun. Selain itu, perseroan juga memiliki fasilitas pinjaman jangka pendek sebesar Rp 2,8 triliun dan fasilitas pinjaman jangka panjang Rp 1,9 triliun.

"Dari jumlah tersebut, yang akan digunakan untuk membiayai pembelian kembali saham adalah sebanyak-banyaknya sebesar Rp 713,97 miliar," seperti dikutip dari keterbukaan informasi, Jumat (3/6/2022).


Karpet Merah IPO Startup, BEI Rancang Papan Ekonomi Baru

Papan perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) bakal kian bervariasi. Kini, BEI tengah menggodok rencana pembentukan papan perdagangan dengan klasifikasi Ekonomi Baru.
Peraturan tersebut masih dalam bentuk draft Peraturan Bursa Nomor I-Y tentang "Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham di Papan Ekonomi Baru yang Diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat.

Rancangan tersebut saat ini tengah dalam tahapan Rule Making Rule dengan pelaku pasar. "Diharapkan, proses tersebut dapat segera selesai dan akan diinformasikan lebih lanjut apabila terdapat perkembangan mengenai proses penyusunan peraturan mengenai Papan Ekonomi Baru," ujar Direktur BEI I Gede Nyoman Yetna, Jumat (3/6/2022).

Nanti, ada kriteria umum yang memungkinkan saham emiten anyar dicatatkan di papan Ekonomi Baru ini. Salah satunya, memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi.

Kriteria selanjutnya adalah, emiten yang bersangkutan menggunakan teknologi untuk menciptakan inovasi produk atau jasa yang meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi serta memiliki kemanfaatan sosial yang luas.

Terakhir, masuk ke dalam bidang usaha yang sedang berkembang yang ditetapkan lebih lanjut melalui Surat Edaran Bursa.

"Terkait penentuan besaran nilai atau persentase dari aspek pertumbuhan pendapatan yang tinggi, kami berencana untuk mengatur lebih lanjut dalam aturan turunan atau dalam bentuk kebijakan dari peraturan yang bersangkutan," terang Nyoman.

(RCI/dhf)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular