
Duh Singapura! Sudah Krisis Ayam, Kurs Dolarnya Juga Jeblok

Jakarta, CNBC Indonesia - Singapura mengalami krisis daging ayam belakangan ini, sebab Malaysia sebagai salah satu pemasoknya memutuskan menghentikan ekspor. Di saat yang sama, kurs dolar Singapura juga jeblok 3 hari beruntun melawan rupiah.
Pada perdagangan Jumat (3/6/2022) pukul 11:28 WIB, dolar Singapura diperdagangkan di kisaran Rp 10.522/SG$, merosot 0,4% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Dalam dua hari terakhir, mata uang Negeri Merlion ini turun 0,37% dan 0,33%.
Malaysia mulai 1 Juni lalu sudah melarang ekspor daging ayam, akibat keterbatasan suplai dan tingginya harga di dalam negeri.
Produksi Malaysia mengalami penurunan karena beberapa faktor yakni meningkatnya biaya produksi ayam, infeksi penyakit, dan kondisi cuaca. Penurunan ini pun mendorong harga ayam.
Selain itu, Kuala Lumpur saat ini juga sedang menyelidiki terkait dugaan kartel ayam. Mereka juga mencium bahwa ada dugaan bahwa kartel itu telah mengatur harga dan produksi.
Reuters (Rabu,1/6/2022) melansir, Singapura selama ini mengandalkan pasokan pangan impor. Untuk kebutuhan daging ayam, hingga 34% diimpor dari Malaysia, 49% dari Brasil, dan 12% dari Amerika Serikat.
"Pengumuman mendadak oleh Malaysia kemungkinan akan berdampak buruk pada harga ayam dan produk terkait di Singapura," kata Presiden Asosiasi Konsumen Singapura (CASE) Melvin Yong.
Hilangnya sepertiga pasokan tersebut tentunya bisa memicu kenaikan harga gila-gilaan. Inflasi di Singapura bisa kembali melejit, yang akan berdampak buruk bagi perekonomian.
Risiko tersebut tentunya berdampak pada nilai tukar dolar Singapura hingga jeblok dalam 3 hari beruntun.
Di sisi lain, inflasi Indonesia melandai. Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin melaporkan inflasi inti bulan Mei melambat menjadi 2,58% year-on-year (yoy), dari bulan sebelumnya 2,6% (yoy).
Inflasi inti merupakan acuan Bank Indonesia dalam menetapkan kebijakan moneter, dengan mulai melandai maka tekanan untuk menaikkan suku bunga juga tidak besar. Dengan suku bunga acuan di tahan di rekor terendah 3,5%, tentunya akan membantu pertumbuhan ekonomi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Pagi Jeblok Siang Naik, Ini Penyebabnya!
