Kinerja Alfamart, Indah Kiat dan MNCN Hingga GOTO ke LQ45

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
03 June 2022 07:45
Suasana Bursa Efek Indonesia (BEI).  (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Suasana Bursa Efek Indonesia (BEI). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan Kamis (2/6/2022) dengan stagnan di level 7.148,72 hanya terkoreksi amat tipis 0,24 indeks poin.

Di sepanjang perdagangan IHSG cenderung bergerak volatil. IHSG menyentuh level terendah di 7.117,98 dan level tertinggi di 7.209,08 dan bergerak liar dari zona merah ke zona hijau sebelum kembali merah.

Meskipun IHSG stagnan, asing mencatatkan net buy di pasar reguler dengan nilai jumbo sebesar Rp 661 miliar.

Saham paling banyak diborong asing adalah saham ASII dan ADRO dengan net buy masing-masing Rp 247 miliar dan Rp 133 miliar.

Sedangkan saham ADMR dan BBRI menjadi dua saham paling banyak dilepas asing dengan net sell Rp 245 miliar dan Rp 133 miliar.

Simak kabar emiten dan kabar pasar berikut yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia sebelum memulai perdagangan Jumat (3/6/2022):

1. Laba Emiten Media Hary Tanoe Tumbuh 55% Jadi Rp 619 M

Emiten konglomerat media milik Hary Tanoesoedibjo, PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN), melaporkan kinerja keuangan positif dengan laba bersih tercatat naik 55,13% menjadi Rp 619,11 miliar pada kuartal pertama tahun ini, dari semula Rp 399,29 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Tumbuhnya laba bersih perusahaan salah satunya ditopang oleh pendapatan usaha yang tumbuh 21,68% menjadi Rp 2,60 triliun dari semula Rp 2,14 triliun.

Perusahaan tercatat melaporkan kenaikan pendapatan di semua segmen bisnis, lonjakan terbesar dari sisi top line terjadi di segmen iklan digital yang tumbuh dua kali lipat menjadi Rp 648,70 miliar.

Selain itu untuk pertama kalinya perusahaan mengungkapkan penerimaan dari subscription (langganan) yang berjumlah Rp 123,85 miliar.

Meski proporsi beban langsung terhadap pendapatan tumbuh tipis, perusahaan mampu mencatatkan penurunan pada pos beban usaha lain.

Beban keuangan dan kerugian kurs mata uang MNCN turun cukup signifikan, masing-masing berkurang hingga 60% dan 94% dibandingkan dengan kuartal pertama tahun lalu.

Aset perusahaan tercatat naik tipis menjadi Rp 21,61 triliun dari posisi akhir tahun lalu, sedangkan liabilitas perusahaan turun 9% menjadi Rp 3,49 triliun. Alhasil ekuitas perusahaan ikut terdongkrak naik 3,43% menjadi Rp 18,12 triliun.

Pada perdagangan Kamis (2/6) pagi di pasar modal, saham MNCN dibuka di zona hijau dan hingga pukul 09.23 WIB tercatat naik 2,06% ke level Rp 990/saham. Dalam sepekan saham ini naik 5,32% dan masih terkoreksi 4,83% dalam sebulan terakhir. Sementara itu sejak awal tahun saham MNCN telah tumbuh 9,44%.

2. Bersiap Masuk LQ45, Akhirnya GOTO Balik ke Harga IPO

Harga saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) akhirnya naik ke atas harga penawaran perdananya setelah emiten akan menjadi konstituen indeks LQ45 yang baru melalui jalur Fast Entry.

Tercatat GOTO melesat 11,84% pada perdagangan hari ini ke level Rp 340/unit. Diketahui sebelumya GOTO melantai di harga Rp 338/unit pada taggal 11 April 2022 lalu.

Perdagangan juga terpantau ramai dimana total transaksi pagi ini sudah mencapai Rp 813 miliar dimana investor asing melakukan beli bersih Rp 16 miliar.

Baru satu bulan lebih melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk(GOTO) langsung masuk ke tiga indeks sekaligus mulai 8 Juni 2022.

Dalam pengumuman dikutip Kamis (2/6/2022),BEI telah melakukan Evaluasi Fast Entry Indeks atas Indeks IDX30, LQ45 dan IDX80.

Hasilnya, saham GOTOmasuk ke indeks LQ45 dan IDX30 menggantikan saham PT Waskita Karya (Persero)Tbk(WSKT).

Kemudian, saham GOTOjuga masuk ke indeks IDX80 menggantikan saham PT Buyung Poetra Sembada Tbk (HOKI).

GOTO tercatat memiliki rasio free float sebesar 66,4%.

"Daftar dan jumlah saham yang digunakan dalam penghitungan indeks pada indeks-indeks tersebut akan efektif berlaku pada tanggal 8 Juni 2022 hingga Juli 2022," tulis pengumuman BEI.

3. Mitratel Buyback Saham Senilai Rp 1 T, Maksimum Rp 801/Saham

PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel berencana melakukan pembelian kembali saham yang telah dikeluarkan dan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) senilai Rp 1 triliun dengan ketentuan paling sedikit saham yang beredar adalah 7,5% dari modal disetor.

Pembelian kembali saham akan dilakukan secara bertahap dalam periode tiga bulan terhitung sejak 2 Juni 2022 hingga 2 September 2022 dengan pembatasan harga pembelian saham sebesar maksimum Rp 801 per saham.

Biaya pembelian kembali saham akan berasal dari kas internal yang dihasilkan dari kegiatan usaha operasional. Perkiraan nilai nominal saham yang akan dibeli kembali adalah sebanyak-banyaknya Rp 1 triliun.

Sesuai dengan POJK 2/2013 dan SEOJK 3/2020, jumlah saham yang akan dibeli kembali tidak akan melebihi 20% dari jumlah modal disetor, dengan ketentuan paling sedikit saham yang beredar adalah 7,5% dari modal disetor dalam Perseroan.

Untuk diketahui, berdasarkan data perseroan, harga saham MTEL turun sejak 10 Mei 2022 di Rp 765 dan turun drastis pada 17 Mei 2022 di Rp 685 hingga pada 18 Mei 2022 di Rp 665.

"Penurunan harga saham tersebut tidak mencerminkan kinerja positif perseroan, sehingga perseroan bermaksud untuk menunjukkan komitmennya dalam rangka meningkatkan nilai pemegang saham melalui pembelian kembali saham perseroan," jelas perseroan dalam keterbukaan informasi, Kamis (2/6/2022).

Perseroan yakin, pembelian kembali saham tidak akan memengaruhi kondisi keuangan Mitratel karena sampai dengan saat ini Perseroan mempunyai modal kerja yang memadai untuk membiayai kegiatan usaha.

4. Lapor Pak Erick! Waskita Masih Rugi Rp 830 M di Kuartal I

Emiten BUMN karya yang terperangkap dalam restrukturisasi utang jumbo, PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT), melaporkan kinerja keuangan yang masih tertekan pada kuartal pertama tahun ini.

Laba bersih perusahaan tercatat membengkak naik 18 kali lebih besar dari kerugian pada kuartal pertama tahun 2021 menjadi Rp 830,64 miliar dari semula hanya Rp 46,09 miliar.

Memburuknya pos laba-rugi terjadi meskipun pendapatan Waskita malah tercatat mengalami kenaikan tipis menjadi Rp 2,74 triliun pada tiga bulan pertama tahun ini, dari semula Rp 2,67 triliun di kuartal pertama 2021.

Pendapatan jasa konstruksi yang merupakan segmen bisnis utama perusahaan tercatat turun 13% menjadi Rp 1,99 triliun dari semula Rp 2,28 triliun.

Sementara itu pendapatan bunga dari jasa konstruksi naik 5 kali lipat lebih menjadi Rp 426,33 miliar dari semula Rp 64,82 miliar. Selain itu segmen bisnis lain yang mencatatkan kenaikan adalah pendapatan jalan tol yang naik menjadi Rp 213,23 miliar dari semula Rp 175,21 miliar.

Proporsi beban pokok pendapatan terhadap pendapatan usaha tercatat relatif stagnan, dengan rasionya mendekati 90%.

Melonjaknya rugi perusahaan salah satunya dapat diatribusikan pada kenaikan signifikan dalam beban umum dan administrasi yang membengkak dua kali lipat menjadi Rp 585,10 miliar dari semula Rp 290,02 miliar.

Dalam komponen beban tersebut gaji pegawai tercatat naik menjadi Rp 160,12 miliar dari semula Rp 111,01 miliar, meskipun jumlah pegawai pada akhir kuartal pertama tahun ini berkurang dari posisi akhir tahun lalu.

Jumlah remunerasi yang diterima oleh dewan direksi pada kuartal pertama tahun ini tercatat naik menjadi Rp 5,73 miliar dari semula Rp 4,61 miliar, sedangkan remunerasi dewan komisaris tercatat turun.

Perusahaan juga mencatatkan penurunan pendapatan bersih lainnya menjadi Rp 232, 67 miliar dari semula Rp 652,79 miliar, termasuk di dalamnya pemulihan piutang, pendapatan kerja sama operasi (KSO) dan pendapatan lainnya.

Aset perusahaan tercatat turun tipis menjadi Rp 102,12 triliun dari semula Rp 103,60 triliun akhir tahun lalu. Penurunan salah satunya terjadi pada kas dan setara kas yang secara tahunan di 2021 naik signifikan dari posisi 2020.

Pada akhir tahun 2020 kas dan setara kas tercatat hanya berjumlah Rp 1,21 triliun, akhir tahun lalu naik drastis menjadi Rp 13,16 triliun, dan kini menjadi Rp 10,38 triliun. Aset lancar perusahaan tercatat sebesar Rp 41,46 triliun, turun tipis dari posisi akhir tahun lalu yang meningkat nyaris 50% secara tahunan menjadi Rp 42,58 triliun.

Total liabilitas perusahaan tercatat turun tipis menjadi Rp 86,08 triliun, dengan liabilitas jangka pendek tercatat sebesar Rp 26,45 triliun. Sebelumnya dalam laporan keuangan tahunan, akhir tahun lalu Waskita mencatatkan penurunan utang jangka pendek yang cukup signifikan dan merupakan bagian dari upaya restrukturisasi utang.

Restrukturisasi tersebut menempatkan utang jangka pendek perusahaan menjadi utang jangka panjang yang angkanya meningkat.

Akhir tahun lalu utang bank jangka pendek perusahaan turun hingga 87% menjadi Rp 2,09 triliun dari semula mencapai Rp 17,25 triliun di akhir tahun 2020. Dari angka tersebut tercatat utang jangka pendek kepada empat perbankan BUMN (Bank BRI, Mandiri, BNI dan BSI) sudah tidak ada dari semula mencapai Rp 15,5 triliun.

Sementara itu utang bank jangka panjang dengan BUMN perbankan yang merupakan pihak berelasi naik menjadi Rp 29,15 triliun dari semula Rp 9,12 triliun.

5. Telkom Bagi Dividen 30 Juni, Simak Jadwal Lengkapnya

Memasuki akhir kuartal kedua tahun 2022, sejumlah perusahaan yang diperdagangkan publik telah mengumumkan penggunaan laba perusahaan, apakah akan kembali masuk saldo perusahaan sebagai laba ditahan atau dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen tunai.

Di antara perusahaan tersebut terdapat pula emiten BUMN yang kepemilikan sahamnya dikuasai oleh pemerintah Republik Indonesia (RI) dan akan membagikan dividen, salah satunya adalah PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM).

Telkom akan membagikan Dividen Tunai sebesar 60% dari laba bersih atau sejumlah Rp 14,85 triliun atau Rp 149,9656 per saham. Berdasarkan jumlah saham yang telah dikeluarkan per tanggal Rapat, yaitu sebanyak 99.062.216.600 saham.

Penerima dividen Telkom adalah para pemegang saham yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham Perseroan pada penutupan perdagangan saham Perseroan di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 9 Juni 2022.

Berikut jadwal pembagian dividen Telkom Indonesia untuk tahun buku 2021:

-Daftar pemegang saham atau recording date: 9 Juni 2022

-Pasar reguler dan negosiasi:

Cum dividen: 7 Juni 2022

Ex dividen : 8 Juni 2022

-Pasar Tunai:

Cum dividen : 9 Juni 2022

Ex dividen : 10 Juni 2022

Tanggal pembayaran dividen : 30 Juni 2022

Sementara itu, pemakaian laba bersih 2021 juga dibukukan sebagai laba ditahan sebesar 40% dari laba bersih 2021. Jumlah itu setara Rp 9,90 triliun.

6. Hari Perdana Stock Split, Saham Harum (HRUM) Malah Loyo

Harga saham PT Harum Energy Tbk (HRUM) terkoreksi pasca melakukan aksi korporasi berupa pemecahan nilai nominal saham (stock split).

Sebagaimana sudah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar pada 11 Mei 2022, perusahaan akan melakukan stock split dengan rasio 1:5.

Karena hal ini, HRUM yang sebelumnya diperdagangkan di kisaran harga Rp 10.000 saat ini hanya ditransaksikan di sekitar harga Rp 2.000-an.

Pada hari perdagangan pertama pasca pemecahan saham sendiri, saham HRUM pada penutupan sesi pertama terkoreksi 2,1% ke level harga Rp 2.330/unit dengan nilai transaksi mencapai Rp 91 miliar di mana investor asing menjual bersih Rp 5,6 miliar.

Mengacu pada pengumuman resmi perseroan yang dirilis pada 25 Mei 2022, akhir perdagangan saham dengan nilai nominal lama di pasar reguler dan pasar negosiasi jatuh pada 31 Mei 2022.

Sementara itu awal perdagangan saham dengan nilai nominal baru di pasar reguler maupun negosiasi jatuh pada 2 Juni 2022.

Sebagai informasi, HRUM merupakan salah satu emiten yang bergerak di sektor pertambangan batu bara dan mineral.

Kenaikan harga batu bara global juga membawa berkah bagi bisnis HRUM. Pendapatan HRUM mencapai US$ 152,2 juta pada kuartal I-2022 atau tumbuh 167% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Pendapatan HRUM ini paling banyak ditopang oleh pendapatan dari kontrak penjualan batu bara ekspor yang mencapai US$ 149,4 juta.

Sementara itu dari sisi bottom line, laba bersih HRUM tercatat mencapai US$ 62,8 juta atau meningkat 257% dari periode yang sama tahun sebelumnya di US$ 17,6 juta.

7. Laba Erajaya Naik 6%, Jadi Rp 295 Miliar di Q1-2022

Kinerja keuangan emiten ritel ponsel yakni PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) pada kuartal I-2022 cenderung positif. Laba bersih ERAA meningkat sejalan dengan pendapatannya.

Mengutip laporan keuangan perseroan yang tidak diaudit pada kuartal I-2022, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk ERAA naik 6,07% menjadi Rp 295,09 miliar, dari Rp 278,19 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Penjualan bersih perseroan juga tercatat naik pada kuartal I-2022. Penjualan bersih ERAA naik 5,82% menjadi Rp 11,48 triliun, dari sebelumnya pada kuartal I-2021 sebesar Rp 10,85 triliun.

Kenaikan penjualan bersih ERAA ditopang oleh naiknya segmen penjualan telepon seluler dan tablet yang sebesar Rp 3,62%, dari sebelumnya pada kuartal I-2021 sebesar Rp 8,78 triliun menjadi Rp 9,09 triliun pada kuartal I-2022.

Selain dari segmen penjualan telepon seluler dan tablet, segmen penjualan aksesoris juga mengalami kenaikan sebesar 58,87% menjadi Rp 1,16 triliun pada kuartal I-2022, dari sebelumnya sebesar Rp 732,51 miliar di kuartal I-2021.

Sementara dari sisi neraca atau top line, total aset ERAA bertambah 24,97% menjadi Rp 14,21 triliun di kuartal I-2022, dari sebelumnya sebesar Rp 11,37 triliun pada akhir 2021.

Sedangkan liabilitas perseroan juga naik sebesar 51,47% menjadi Rp 7,44 triliun, dari sebelumnya pada akhir 2021 sebesar Rp 4,91 triliun.

Sementara untuk ekuitas perseroan di tiga bulan pertama tahun 2022 meningkat sebesar 4,85% menjadi Rp 6,78 triliun, dari sebelumnya pada akhir 2021 sebesar Rp 6,46 triliun.

8. Sejak Awal Tahun Saham UNVR Masih Naik 16%, Apa Resepnya?

Emiten konsumer PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) tahun ini sahamnya bangkit dari palung setelah sekian lama terkoreksi dalam.

Sejak awal tahun saham konglomerat internasional ini tumbuh hingga 16% (hingga sesi I Kamis, 2 Juni 2022), melebihi performa impresif Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mampu tumbuh 8,52%.

Selain itu performa saham UNVR juga lebih baik dari indeks LQ45, yang mana Unilever juga menjadi salah satu konstituennya.

Data perdagangan mencatat bahwa UNVR merupakan salah satu saham yang menarik perhatian investor asing, dengan aksi beli bersih (net buy) di seluruh pasar selama lima bulan terakhir mencapai Rp 886,90 miliar.

Kenaikan saham ini terjadi meskipun dalam tiga tahun terakhir laba per saham (EPS) Unilever Indonesia terus tertekan dari Rp 239/saham di 2018 menjadi Rp 151/saham di 2021, turun nyaris 20% dari tahun sebelumnya.

Meskipun demikian, StarMine Refinitiv memproyeksikan EPS UNVR akan naik terus hingga tahun 2026, meskipun angkanya masih di bawah capaian tahun 2018.

Senada, pendapatan perusahaan tahun lalu tercatat turun untuk pertama kalinya, setidaknya sejak tahun 1996. Dalam periode yang sama depresiasi laba bersih sudah terjadi dari tahun buku 2019.

Manajemen UNVR pun mengaku, menurunnya penjualan bersih UNVR sepanjang tahun lalu sebagian disebabkan oleh kebijakan pengetatan mobilitas akibat pandemi Covid-19 yang telah mempengaruhi daya beli konsumen terutama pada segmen pasar di mana UNVR beroperasi.

Selain itu, kata pihak UNVR, berbagai harga komoditas yang menjadi bahan baku, beberapa di antaranya crude-oil (minyak mentah), palm-oil (CPO) juga mengalami lonjakan harga yang signifikan dibandingkan dengan tahun 2020.

Turunnya kinerja tahunan perusahaan tersebut tidak mampu tumbuh beriringan dengan membesarnya ekonomi yang dihitung dari PDB. Alhasil UNVR sempat dicecar oleh salah satu perusahaan penasihat investasi yang menyarankan bagi perusahaan untuk go private.

9. Emiten Minimarket Alfamart Cetak Laba Rp 688 M di Q1-2022

Emiten ritel minimarket dengan waralaba Alfamart yakni PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) berhasil membukukan kinerja yang cemerlang pada kuartal pertama tahun 2022.

Mengutip laporan keuangan perseroan yang tidak diaudit pada kuartal I-2022, pendapatan AMRT naik 19,07% menjadi Rp 22,91 triliun, dari sebelumnya Rp 19,24 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Segmen penjualan makanan dan minuman menyumbang paling besar terhadap pendapatan neto perseroan, di mana segmen ini mengalami kenaikan sebesar 25,46% menjadi Rp 15,68 triliun, dari sebelumnya pada kuartal I-2021 sebesar Rp 12,49 triliun.

Emiten ritel minimarket dengan waralaba Alfamart yakni PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) berhasil membukukan kinerja yang cemerlang pada kuartal pertama tahun 2022.

Mengutip laporan keuangan perseroan yang tidak diaudit pada kuartal I-2022, pendapatan AMRT naik 19,07% menjadi Rp 22,91 triliun, dari sebelumnya Rp 19,24 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Segmen penjualan makanan dan minuman menyumbang paling besar terhadap pendapatan neto perseroan, di mana segmen ini mengalami kenaikan sebesar 25,46% menjadi Rp 15,68 triliun, dari sebelumnya pada kuartal I-2021 sebesar Rp 12,49 triliun.

10. Baru 3 Bulan, Laba Emiten Kertas Sinar Mas Tumbuh 27%

Tahun 2022 menjadi momentum berlanjutnya pemulihan ekonomi. Berbagai emiten yang telah merilis laporan keuangannya untuk kuartal I-2022 cenderung menunjukkan hasil yang positif.

Salah satunya adalah emiten kertas yaitu PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) yang merupakan bagian dari Sinar Mas Group.

Pada kuartal I-2022 INKP mencatatkan pertumbuhan pendapatan secara year on year (yoy) sebesar 24% dari US$ 801,3 juta menjadi US$ 995,7 juta hingga akhir Maret 2022.

Pendapatan dari INKP untuk pasar lokal tumbuh 38% yoy menjadi US$ 487 juta sementara untuk segmen pasar ekspor juga tumbuh 13% yoy menjadi US$ 508,8 juta.

Dilihat dari produknya, semua jenis produk INKP juga mencatatkan kenaikan penjualan. Untuk jenis produk kertas budaya naik 10% yoy; pulp naik 44% yoy; kertas industri, tisu tumbuh 25%.

Beban pokok penjualan juga mengalami kenaikan sebesar 14% yoy menjadi US$ 630,8 juta, sehingga laba kotor pada kuartal I-2022 mencapai US$ 364,9 juta, naik 47% yoy.

Marjin laba bruto pun mengalami kenaikan dari 31% pada Maret 2021 menjadi 37% pada Maret 2022.

Total beban usaha naik 25% yoy menjadi US$ 106,7 juta disumbang oleh kenaikan beban penjualan sebesar 36% yoy dan berkontribusi terhadap 71,5% dari total beban usaha.

Laba usaha INKP pun melesat 59% yoy menjadi US$ 258,2 juta hingga akhir Maret 2022 dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 162,5 juta.

Sampai di sini, marjin laba usaha INKP juga naik dari 20% di kuartal I-2021 menjadi 26% pada kuartal I-2022.

Salah satu pos yang mengalami kenaikan signifikan adalah beban lain-lain yang naik 345% yoy menjadi US$ 37,7 juta. Salah satu penyumbang terbesar pos ini adalah beban bunga yang naik 15% yoy menjadi US$ 59,1 juta.

Laba sebelum pajak INKP tercatat mencapai US$ 220,5 juta per Maret 2022, naik 43% yoy dari periode yang sama tahun sebelumnya US$ 154 juta.

Laba bersih yang diatribusikan untuk pemilik entitas induk melesat 27% yoy menjadi US$ 176,5 juta. 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular