Bre-X, Kisah Skandal Emas Dunia yang Menyeret Kroni Soeharto

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
03 June 2022 10:40
Emas batangan
Foto: Infografis/Berlimpah 'harta karun', 5 Pulau yang paling banyak Simpan emas RI/Aristya Rahadian

Akhir abad 20 dunia digemparkan dengan klaim penemuan potensi emas 30 juta ton di tanah Indonesia. Cerita itu mampu membuat seorang yang melarat jadi konglomerat. Dia adalah David Walsh pendiri Bre-X.

Sebelum tahun 1993, Bre-X Minerals Ltd cuma perusahaan tambang kecil di Kanada. Perusahaan yang berdiri pada 1988 dan didirikan David Walsh ini baru melakukan hal luar biasa pada 1993. Walsh ke Jakarta dan berusaha menemui seorang ahli geologi John Felderhof.

Dari Jakarta, mereka berdua lalu melakukan perjalanan 12 hari di Kalimantan Timur. Dimana ada kawasan yang katanya mengandung emas, namanya Busang. Walsh disarankan Felderhof untuk membeli properti tambang Busang, di daerah Kutai Timur. Saran Felderhof itu lalu diikuti Walsh.

"Sepulang Walsh ke Kanada, ia segera mempersiapkan proyek Busang. Pada Mei 1993 untuk pertama kalinya terbit surat kepada investor dari Bre-X yang menjelaskan potensi Busang," tulis Bondan Winarno dalam Bre-X: Sebongkah Emas di Kaki Pelangi (1997:50). Bulan Oktober 1995, Bre-X mengumumkan Busang mengandung potensi emas lebih dari 30 juta ons.

Harga saham Bre-X yang mulanya sangat kecil, tetapi setelah pengumuman itu jadi melonjak. Nilai tertinggi saham Bre-X pernah mencapai $ 286.50 (dolar Kanada) di Toronto Stock Exchange (TSX), Kanada. Harta Walsh pun ikut terkerek.

Bre-X telah mengankat kekayaan Walsh yang mencapai US$ 500 juta pada akhir 1996, jauh melesat dari tiga tahun sebelumnya yang hanya US$. 7.400. Bahkan menurut Reuters kekayaan Walsh mencapai US$ 1,5 miliar.

Namun, nahas kejayaan Walsh hanya sementara setelah Freeport Mv Moran Copper & Gold Inc melakukan penelitian ulang (due diligence). Freeport melakukan penelitian ulang dalam rangka ikut bergabung dalam konsorsium Busang.

Hasilnya mengejutkan. Apa yang digembor-gemborkan Bre-X ternyata hanyalah pepesan kosong. Deposit emas Busang tak sebesar yang selalu dibanggakan Felderhof. Akhirnya Bre-X pun mengakui bahwa klaim jumlah potensi emas terlalu berlebihan.

Padahal, proyek Busang kala itu sempat menarik perhatian para pengusaha besar 'angkatan' orde baru. Ini tak lepas dari upaya Bre-X supaya bisa terus menjalankan operasinya kala itu.

"Bre-X mencoba untuk bermain dengan menggunakan aturan yang sama dan menjalin kerjasama dengan perusahaan Indonesia milik Sigit Hardjojudanto," tulis George Junus Aditjondro dalam Korupsi Kepresidenan (2006:45). Sigit Harjojudanto yang merupakan putra Soeharto, pemilik PT Panutan Daya. Bre-X mengimingi US $ 1 juta per bulan kepada Panutan Daya sebagai konsultan teknis dan administrasi serta nantinya saham di Busang jika penambangan berjalan.

Sekali lagi,Bre-X mengumumkan kandungan emas di Busang, pada tanggal 3 Desember 1996, bahwa kandungannya mencapai 57,33 juta ton. Setelah Sigit, Mohammad Hasan alias BobHasan juga tertarik ikut bergabung. Diam-diam pada Januari 1997 BobHasan mengakuisisi 50 persen saham PTAskatindo Karya Mineral yang menguasai penambangan Busang II dan PT Amsya Lina yang menguasai penambangan Busang II.

Semua tampak sempurna bagi Bre-X sebelum 19 Maret 1997. Kala itu, direktur eksplorasi Bre-X Michel de Guzman yang asal Filipina menghilang. Ketika naik helikopter Aloutte III dari Temindung Samarinda ke Busang. Heli itu disewa dari PT Indonesia Air Transport, anak perusahaan PT Bimantara Citra milik Bambang Trihatmodjo bin Soeharto.

Singkat cerita, harga saham Bre-X kemudian longsor. Titik terendah yang dicapai Bre-X mencapai C$ 1,5. Bre-X tak ada nilainya lagi. Akhirnya Bre-X bangkrut pada tahun 2002. Skandal emas ini kemudian difilmkan dengan judul Gold yang ditayangkan pada tahun 2017.

 

(ras)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular