Hari Perdana Stock Split, Saham Harum (HRUM) Malah Loyo

Putra, CNBC Indonesia
02 June 2022 12:26
Strategi Harum Energy Manfaatkan Periode Supercycle
Foto: Strategi Harum Energy Manfaatkan Periode Supercycle

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham PT Harum Energy Tbk (HRUM) terkoreksi pasca melakukan aksi korporasi berupa pemecahan nilai nominal saham (stock split).

Sebagaimana sudah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar pada 11 Mei 2022, perusahaan akan melakukan stock split dengan rasio 1:5.

Karena hal ini, HRUM yang sebelumnya diperdagangkan di kisaran harga Rp 10.000 saat ini hanya ditransaksikan di sekitar harga Rp 2.000-an.

Pada hari perdagangan pertama pasca pemecahan saham sendiri, saham HRUM pada penutupan sesi pertama terkoreksi 2,1% ke level harga Rp 2.330/unit dengan nilai transaksi mencapai Rp 91 miliar di mana investor asing menjual bersih Rp 5,6 miliar.

Mengacu pada pengumuman resmi perseroan yang dirilis pada 25 Mei 2022, akhir perdagangan saham dengan nilai nominal lama di pasar reguler dan pasar negosiasi jatuh pada 31 Mei 2022.

Sementara itu awal perdagangan saham dengan nilai nominal baru di pasar reguler maupun negosiasi jatuh pada 2 Juni 2022.

Sebagai informasi, HRUM merupakan salah satu emiten yang bergerak di sektor pertambangan batu bara dan mineral.

Kenaikan harga batu bara global juga membawa berkah bagi bisnis HRUM. Pendapatan HRUM mencapai US$ 152,2 juta pada kuartal I-2022 atau tumbuh 167% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Pendapatan HRUM ini paling banyak ditopang oleh pendapatan dari kontrak penjualan batu bara ekspor yang mencapai US$ 149,4 juta.

Sementara itu dari sisi bottom line, laba bersih HRUM tercatat mencapai US$ 62,8 juta atau meningkat 257% dari periode yang sama tahun sebelumnya di US$ 17,6 juta.

Tidak hanya puas dengan kinerjanya yang cemerlang di tengah tingginya harga batu bara, HRUM juga berekspansi ke bisnis tambang nikel.

Hal ini sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 2021. HRUM tercatat mengakuisisi saham perusahaan nikel PT Position milik Aquila Nickel Pte Ltd yang tercatat berbasis di Singapura sebesar 51%.

Akuisisi PT Position ini merupakan akuisisi perusahaan nikel kedua setelah mengakuisisi Nickel Mines Limited asal Australia pada Juni 2020 lalu. Usai mengakuisisi dua perusahaan nikel tersebut, HRUM menargetkan kontribusi nikel terhadap pendapatan perusahaan bisa mencapai 75-80% pada 2026 mendatang.

Direktur Utama Harum Energy Ray A. Gunara mengatakan, investasi untuk tambang nikel yang tercatat di Australia kurang lebih US$ 54 juta dan US$ 80 juta untuk akuisisi di PT Position.

Lalu, pada Februari 2021 perusahaan tambang yang dimiliki Taipan Kiki Barki ini, melalui anak usahanya PT Tanito Harum Nickel, juga membeli 259.603 saham baru atau 24,5% dari jumlah saham yang dikeluarkan oleh PT Infei Metal Industry atau PT IMI dengan harga jual beli sebesar US$ 68,60 juta.

PT IMI adalah perusahaan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia dan bergerak di bidang pemurnian nikel (smelter).

Ray mengatakan, tujuan dari transaksi ini adalah untuk mengembangkan kegiatan usaha hilir penambangan nikel milik perusahaan ke tahap pengolahan untuk meningkatkan nilai tambah.

Harga batu bara yang naik dan bisnis nikel yang dinilai cerah menjadi katalis positif untuk harga saham HRUM.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bakal Stock Split dengan Rasio 1:5, HRUM Gelar RUPS 11 Mei

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular