Tekanan Inflasi Mereda, Rupiah Jaya! Dolar Australia Jeblok

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
02 June 2022 12:45
Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia jeblok melawan rupiah pada perdagangan Kamis (2/6/2022). Tekanan inflasi di Indonesia yang mulai mereda membuat rupiah berjaya.

Melansir data Refinitiv, pada pukul 11:24 WIB dolar Australia diperdagangkan di kisaran Rp 10.404/AU$, merosot 0,51% di pasar spot.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data inflasi Indonesia periode Mei 2022. Hasilnya sesuai ekspektasi pasar, laju inflasi mengalami perlambatan secara bulanan.
Kepala BPS Margo Yuwono melaporkan terjadi inflasi 0,4% pada Mei dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Melambat dibandingkan April yang sebesar 0,95%.

"Inflasi Mei, beberapa komoditas penyumbang inflasi adalah tarif angkutan udara, telur ayam ras, bawang merah, dan ikan segar," kata Margo dalam konferensi pers.

Sementara inflasi tahunan Mei 2022 dibandingkan Mei 2021 (year-on-year/yoy) tercatat 3,55%. Sebagai informasi, inflasi tahunan pada bulan sebelumnya adalah 3,47%.
Kemudian, inflasi inti, yang menjadi acuan Bank Indonesia (BI) dalam menetapkan kebijakan moneter mengalami pelambatan menjadi 2,58% (yoy), dari bulan April 2,6% (yoy).

Tanda-tanda inflasi yang melandai juga bisa memberikan sentimen positif ke pasar finansial. Sebab, tekanan bagi BI untuk menaikkan suku bunga menjadi lebih kecil. Dengan suku bunga acuan di tahan di rekor terendah 3,5%, tentunya akan membantu pertumbuhan ekonomi.

BI sendiri optimis inflasi di tahun ini masih akan terkendali, meski akan sedikit di atas 4%, dan di tahun depan akan kembali ke bawahnya.

Selain itu, BI melihat tekanan inflasi tidak akan besar setelah pemerintah menambah subsidi.

Seperti diketahui, pemerintah akan menambah subsidi energi sebesar Rp 74,9 triliun. Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) juga sepakat untuk menambah alokasi pembayaran kompensasi BBM dan listrik sebesar Rp 275 triliun. Kompensasi akan terbagi sebesar Rp 234 triliun untuk BBM dan listrik sebesar Rp 41 triliun.

Dengan demikian, harga BBM jenis Pertalite dan gas 3 kg kemungkinan tidak akan dinaikkan, yang bisa menjaga inflasi tidak meroket dan terkendali. Hal ini juga yang membuat BI menyatakan tekanan untuk merespon dengan kenaikan suku bunga tidak besar seperti bank sentral lain di dunia.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Pagi Jeblok Siang Naik, Ini Penyebabnya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular