Rubel Rusia Jadi Mata Uang Terbaik Dunia Lagi, Putin Pusing?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
02 June 2022 13:40
Anggota delegasi, yang dipimpin oleh Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping, menghadiri pertemuan di Beijing, China (4/2/2022) (via REUTERS/SPUTNIK)
Foto: Anggota delegasi, yang dipimpin oleh Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping, menghadiri pertemuan di Beijing, China (4/2/2022) (via REUTERS/SPUTNIK)

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah jeblok lebih dari 7% sepanjang pekan lalu, nilai tukar rubel Rusia kembali menguat dalam beberapa hari terakhir. Alhasil, rubel kini kembali menjadi mata uang terbaik di dunia. Sayangnya, penguatan rubel tersebut bukannya menguntungkan, tetapi bisa memberikan masalah bagi negara yang dipimpin Presiden Vladimir Putin ini.

Melansir data Refinitiv, pada perdagangan Kamis (2/6/2022), rubel diperdagangkan di kisaran RUB 61/US$, stagnan dibandingkan penutupan perdagangan Rabu kemarin. Jika melihat sepanjang pekan ini, rubel sudah menguat 4,7%.

Alhasil, sepanjang tahun ini, rubel tercatat menguat lebih dari 17%, kembali "mengkudeta" real Brasil yang sebelumnya menjadi mata uang terbaik di dunia.

idrFoto: Refinitiv

Namun, penguatan rubel tersebut bisa berdampak buruk bagi ekspor Rusia, yang tentunya akan berdampak pada pendapatan negara.

"Semakin kuat nilai tukar maka defisit anggaran akan semakin besar. Penguatan itu akan mempersulit para eksportir, menaikkan biaya dan mengurangi pendapatan," kata Evgeny Kogan, profesor di Higher School of Economic di Moskow, sebagaimana dilansir Bloomberg, Senin (23/5/2022).

Menurut Kogan, nilai tukar rubel yang mendukung perekonomian berada di kisaran RUB 78 - 80/US$.

Jebloknya nilai tukar rubel pada pekan lalu dipicu oleh pelonggaran kebijakan capital control serta pemangkasan suku bunga yang dilakukan bank sentral Rusia (Central Bank of Russia/CBR).

Presiden Putin melonggarkan kebijakan capital control, sebelumnya perusahaan Rusia diwajibkan mengkonversi valuta asingnya sebanyak 80% menjadi rubel. Kebijakan tersebut menjadi salah satu pemicu berbalik menguatnya rubel.

Kini capital control tersebut dikurangi menjadi 50%.

Selain itu, CBR sudah 3 kali memangkas suku bunga masing-masing 300 basis poin menjadi 11%. Pemangkasan tersebut dilakukan setelah inflasi mulai melandai, serta untuk meredam penguatan rubel yang sebelumnya sempat menyentuh level RUB 51,5/US$ pada 25 Mei lalu, level terkuat dalam 7 tahun terakhir. Sehari setelahnya, CBR memangkas suku bunga acuannya.

Gubernur CBR, Elvira Nabiullina menyatakan masih ada ruang untuk kembali menurunkan suku bunga, sehingga dapat memacu perekonomian.

Direktur investasi Locko Invest, Dmitry Polevoy, memprediksi CBR akan memangkas suku bunga lagi pada 10 Juni nanti sebesar 100 basis poin menjadi 10%, dan akan melakukan lagi di akhir tahun.

"Penurunan inflasi produsen memberikan kami gambaran inflasi konsumen akan melandai, menguatkan ekspektasi CBR akan memangkas suku bunga menjadi 10% di bulan Juni, dan dipangkas lagi hingga menjadi satu digit pada akhir tahun," kata Polevoy, sebagaimana dilansir Reuters, Rabu (1/6/2022).

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rubel Rusia Jadi Mata Uang Terbaik Dunia, Dolar AS-Real Keok!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular