Emiten Batu Bara Hary Tanoe Ternyata Dipantau Bursa
Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten tambang batu bara milik taipan Grup MNC Hary Tanoesoedibjo yaitu PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) ternyata masuk ke dalam daftar saham yang dipantau oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dalam pengumuman BEI yang dirilis pada 30 Mei 2022, IATA tercatat menjadi saham yang mendapat notasi khusus dari otoritas bursa, berlaku efektif mulai 31 Mei 2022.
Jika mengacu pada Peraturan Nomor II-S tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas Dalam Pemantauan Khusus, IATA masuk kategori poin nomor 5 yang berarti memiliki ekuitas negatif dalam laporan keuangan terakhir.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan kuartal I-2022 yang tidak diaudit, IATA memiliki total aset senilai US$ 150,2 juta. Sementara itu total kewajiban (liabilitas) perseroan mencapai US$ 239,8 juta.
Itu artinya ekuitas atau modal yang dimiliki oleh perusahaan bernilai negatif sebesar US$ 89,6 juta. Nilai ekuitas yang negatif juga sudah tercatat sejak akhir tahun lalu.
Per akhir Desember 2021, IATA melaporkan nilai ekuitasnya negatif sebesar US$ 110,4 juta.
Dari sisi laba rugi, perseroan berhasil membukukan laba bersih atribusian untuk pemilik entitas induk senilai US$ 8,2 juta pada kuartal I-2022. Perusahaan berhasil membalik kerugian pada kuartal IV-2021 sebesar US$ 1,3 juta.
Untuk diketahui, mulai tahun 2022, IATA telah mengubah arah bisnisnya dari yang sebelumnya bergerak di bidang usaha pengangkutan udara niaga dan jasa menjadi bidang investasi dan perusahaan induk.
Perubahan model bisnis tersebut dilakukan dengan aksi korporasi yang dilakukan oleh perseroan untuk mengakuisisi 99,33% saham PT Bhakti Coal Resources (BRC) sebagai perusahaan induk yang menaungi 9 perusahaan batu bara di Sumatra Selatan.
Dalam rangka memenuhi rencana akuisisinya tersebut, IATA akan melalukan aksi korporasi berupa Penambahan Modal Dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau rights issue (RI).
Rencana RI tersebut juga sudah mendapatkan restu dari pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Mei lalu.
IATA akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 14.840.555.748 saham seri B dalam RI yang disertai dengan penerbitan sebanyak-banyaknya 2.968.111.149 waran seri I.
Sebagai informasi, total cadangan batu bara terbukti yang dimiliki perseroan sebelumnya mencapai 158,68 juta ton.
Namun salah satu Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang baru diakuisisi IATA yaitu PT Arthaco Prima Energy (APE) berhasil menemukan tambahan cadangan sebanyak 37 juta MT dengan GAR 2.500 - 3.250 kg/kcal pada program pengeboran APE Tahap 1 dan 2 di atas lahan seluas 660 Ha, dari total area yang dapat dieksplorasi seluas 15.000 Ha.
IATA juga melakukan pengeboran pada IUP lainnya, PT Indonesia Batu Prima Energi (IBPE), dan KCMI melaporkan penemuan cadangan untuk IBPE Tahap 1 sejumlah 6,22 juta MT dengan GAR 3.375 kg/kcal di area seluas 960 Ha, dari total area yang dapat dieksplorasi seluas 15.000 Ha.
Sehingga jika ditotal, jumlah cadangan batu bara terbukti yang dimiliki oleh perusahaan kini mencapai 201,32 juta ton.
Dengan menggunakan harga rata-rata batu bara HBA dari tahun 2021 hingga Mei 2022, kegiatan penambangan APE dan IBPE akan menghasilkan Net Present Value (NPV) masing-masing sebesar US$ 220,4 juta dan US$ 34,9 juta, dengan Internal Rate of Return (IRR) sebesar 55,2% dan 59,5%, Break-Even Point (BEP) sebesar 7,29 juta MT dan 1,94 juta MT, serta Payback Period masing-masing 2,06 tahun dan 1,54 tahun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/vap)