
ASHA Masih Jadi yang Tercuan, UVCR-NPGF Paling Merana

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat pada perdagangan Senin (30/5/2022) kemarin, di tengah sikap investor yang masih menimbang-nimbang prospek emiten di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi global.
Indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup menguat 0,16% ke level 7.037,565. Meski berhasil ditutup menguat, tetapi IHSG sempat bergerak ke zona merah.
IHSG sempat dibuka menghijau pada pembukaan perdagangan sesi I kemarin. Namun selang sekitar 30 menit setelah dibuka, IHSG langsung berbalik ke zona merah hingga beberapa menit jelang penutupan perdagangan sesi II dan pada akhirnya berhasil ditutup menguat meski masih cenderung tipis.
Adapun nilai transaksi indeks pada perdagangan Senin kemarin mencapai sekitaran Rp 15 triliun dengan melibatkan 23 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,5 juta kali. Sebanyak 315 saham menguat, 214 saham melemah, dan 170 saham stagnan.
Investor asing tercatat melakukan penjualan bersih (net sell) sebesar Rp 9,4 miliar di pasar reguler. Tetapi di pasar tunai dan negosiasi, asing melakukan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp 16,84 miliar, sehingga secara keseluruhan, asing sejatinya melakukan net buy sebesar Rp 7,44 miliar.
Di tengah positifnya lagi IHSG meski hanya cenderung tipis-tipis, beberapa saham menjadi top gainers. Berikut sepuluh saham yang menjadi top gainers pada perdagangan Senin kemarin.
![]() |
Saham emiten perikanan yang baru melantai di bursa pada Jumat pekan lalu, yakni PT Cilacap Samudera Fishing Industry Tbk (ASHA) kembali memimpin dan menjadi saham yang berada di posisi pertama dalam jajaran top gainers pada perdagangan kemarin.
Saham ASHA ditutup meroket 34,81% ke level harga Rp 182/saham. Nilai transaksi saham ASHA pada Senin kemarin mencapai Rp 68,3 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 393,08 juta lembar saham. Investor asing mengoleksi saham ASHA sebesar Rp 121,16 juta di pasar reguler.
ASHA merupakan perusahaan perikanan yang terintegrasi dengan beroperasi 40 tahun lebih di industri perikanan. Produk bahan baku perikanan Cilacap Samudera berasal dari hasil tangkapan kapal sendiri dan juga dari supplier atau pihak ketiga.
Emiten perikanan yang masuk sektor consumer non-cyclicals ini melepas 1,25 miliar saham di harga Rp 100 saat penawaran perdana (initial public offering/IPO). Artinya dana segar yang diperoleh emiten ini mencapai Rp 125 miliar. Dalam rencana bisnisnya, salah satu penggunaan dana yang diperoleh dari IPO adalah untuk mengakuisisi PT Jembatan Lintas Global (PT JLG).
Akuisisi ini merupakan langkah strategis dalam bisnis pengolahan ikan, di mana PT JLG memiliki lokasi strategis di Jawa Timur, dengan limpahan ikan segar dari Pantai Utara dan Pantai Selatan, tersedianya SDM, serta akses langsung untuk ekspor melalui Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
Selain itu, terdapat pula saham emiten transportasi taksi yakni PT Blue Bird Tbk (BIRD), yang harganya melonjak 23,18% ke posisi harga Rp 1.780/saham kemarin.
Nilai transaksi saham BIRD pada perdagangan kemarin mencapai Rp 77,09 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 46,29 juta lembar saham. Investor asing juga mengoleksi saham BIRD sebesar Rp 155,97 juta di pasar reguler.
Dari kinerja keuangannya pada kuartal I-2022, BIRD berhasil mencetak laba bersih dari sebelumnya mencetak rugi bersih pada periode yang sama tahun 2021.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan yang tidak diaudit, laba bersih BIRD pada kuartal I-2022 mencapai Rp 47,69 miliar, dari sebelumnya pada kuartal I-2021 yang mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 28,32 miliar.
Pendapatan bersih BIRD pun naik 40,39% menjadi Rp 673,98 miliar pada kuartal I-2022, dari sebelumnya pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 480,05 miliar.
Segmen bisnis kendaraan taksi berkontribusi paling besar, yakni sebesar Rp 517,47 miliar, tumbuh 48,81% dari kuartal I-2021 sebesar Rp 347,72 miliar. Segmen kendaraan taksi menjadi segmen utama BIRD.