Rupiah Top! Dolar Singapura Tumbang Dari Level Tinggi 3 Bulan

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Jumat, 27/05/2022 13:55 WIB
Foto: Ilustrasi Penukaran Uang (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura turun melawan rupiah pada perdagangan Jumat (27/5/2022) meski data yang dirilis cukup bagus. Hal ini menunjukkan rupiah mulai mendapat tenaga setelah pengumuman kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) pekan ini.

Pada pukul 13:02 WIB, dolar Singapura diperdagangkan di kisaran Rp 10.626/SG$, melemah 0,26% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Dolar Singapura makin menjauhi level tertinggi 3 bulan yang dicapai pekan lalu.

Data yang dirilis dari Singapura hari ini menunjukkan export price melesat 26,3% year-on-year (yoy) di bulan April, lebih tinggi dari kenaikan bulan sebelumnya 24,7% (yoy).


Kenaikan export price tersebut berdampak positif, sebab dapat meningkatkan pendapatan negara. Apalagi, Singapura negara yang mengandalkan ekspor untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Rasio ekspor terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Singapura lebih dari 100%. Singapura menjadi negara dengan rasio ekspor terhadap PDB terbesar di dunia.

Sementara itu indeks harga produsen (producer price index/PPI) juga melesat 29,5% (yoy), lebih tinggi dari sebelumnya 27,6% (yoy). Kenaikan PPI tersebut mengindikasikan jika inflasi di Singapura berisiko masih terus meningkat, sehingga pasar melihat otoritas moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) akan kembali mengetatkan kebijakan moneternya.

Meski demikian, rupiah masih perkasa setelah pengumuman kebijakan moneter BI Selasa lalu. Meski mempertahankan suku bunga acuannya, BI mempercepat dan menambah kenaikan Giro Wajib Minimum (GWM).

Sebelumnya di awal tahun ini, BI berencana mengerek GWM Pada Maret (100 basis poin), Juni (100 basis poin) dan September (50 basis poin), untuk bank umum konvensional (BUK) menjadi 6,5%

Dan untuk bank umum syariah (BUS) di September GWM menjadi 5%, dengan kenaikan masing-masing 50 basis poin.

BI kemudian mempercepat dan menaikkan lagi GWM. Untuk BUK, GWM yang saat ini 5% akan naik menjadi 6% di bulan Juni, kemudian 7,5% di bulan Juli dan 9% di bulan September.

Untuk BUS yang saat ini 4% naik menjadi 4,5% di Juni, 6% di Juli dan 7,5% di September.

Kenaikan tersebut diperkirakan akan menyerap likuiditas di perekonomian sebesar Rp 110 triliun.

"Secara keseluruhan ini memang dengan kenaikan GWM ini akan mengurangi likuiditas di perbankan sekitar Rp 110 triliun" jelas Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Selasa (24/5/2022).

Penyerapan likuiditas tersebut diharapkan mampu membuat rupiah lebih stabil.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor