
Bunga Kredit Turun Nyaris ke Bawah 9%, Tapi Akan Naik Tinggi?

Sebelumnya di awal tahun ini, BI berencana mengerek GWM sebanyak 3 kali pada Maret, Juni dan September.
Maret lalu GWM untuk bank umum konvensional (BUK) naik 100 basis poin menjadi 5%. Untuk bank umum syariah (BUS) dinaikkan 50 basis poin menjadi 4%. GWM tersebut awalnya akan dinaikkan lagi pada Juni dan September, sebesar 100 dan 10 basis poin untuk BUK, dan masing-masing 50 basis poin.
Namun, dalam pengumuman Rapat Dewan Gubernur (RDG) Selasa (24/5/2022) lalu, BI bertindak lebih agresif dengan kembali menaikkan GWM, bahkan mempercepat lajunya.
Untuk BUK, GWM yang saat ini 5% akan naik menjadi 6% di bulan Juni, kemudian 7,5% di bulan Juli dan 9% di bulan September. Untuk BUS yang saat ini 4% naik menjadi 4,5% di Juni, 6% di Juli dan 7,5% di September.
Kenaikan tersebut diperkirakan akan menyerap likuiditas di perekonomian sebesar Rp 110 triliun.
"Secara keseluruhan ini memang dengan kenaikan GWM ini akan mengurangi likuiditas di perbankan sekitar Rp 110 triliun" jelas Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Selasa (24/5/2022).
Meski demikian, Perry menyebut kenaikan GWM tersebut tidak mengurangi kemampuan perbankan menyalurkan kredit sebab likuiditas dikatakan masih sangat longgar.
"Rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masih tinggi sekira 28% sampai akhir tahun ini, masih jauh di atas rasio sebelum pandemi Covid yang sebesar 21%," kata Perry.
Dengan likuiditas yang masih longgar, maka suku bunga kredit kemungkinan masih belum akan naik selama beberapa waktu ke depan. Apalagi, BI juga memberikan insentif bagi perbankan yang menyalurkan kredit ke sektor prioritas.
Pelonggaran atas kewajiban pemenuhan GWM rupiah rata-rata menjadi maksimal sebesar 2%, yaitu melalui insentif atas pemberian kredit/pembiayaan kepada sektor prioritas paling besar 1,5% dari sebelumnya paling besar 0,5%, dan insentif pencapaian RPIM tetap paling besar 0,5%.
Selain itu, BI juga memperluas cakupan subsektor prioritas dari 38 subsektor menjadi 46 subsektor yang dibagi dalam 3 kelompok yaitu resillience (kelompok yang berdaya tahan), growth driver (kelompok pendorong pertumbuhan), dan slow starter (kelompok penopang pemulihan).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]