Ada 'Bandar' Batu Bara Baru: Taliban!

Maesaroh, CNBC Indonesia
Jumat, 27/05/2022 12:10 WIB
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia- Penguasa Afghanistan, Taliban, terus meningkatkan ekspor batu bara. Bertambahnya ekspor tersebut merupakan upaya Taliban untuk menopang penerimaan sekaligus perekonomian negara tersebut yang karut-marut karena konflik.

Sebagai catatan, Taliban mengambilalih pemerintahan Afghanistan pertengahan Agustus tahun 2021 setelah Presiden Ashraf Ghani kabur meninggalkan istana kepresidenan. Kondisi Afghanistan semakin nelangsa setelah koalisi Amerika Serikat (AS) hengkang dari negara tersebut pada akhir Agustus 2021. 

Lembaga internasional seperti Dana Moneter Internasional (IMF) membekukan bantuan. AS juga membekukan cadangan devisa Afghanistan berupa emas yang ada disimpan di negara tersebut.


Kondisi tersebut tentu saja menyulitkan mengingat negara yang dijuluki "Kuburan para Penguasa" tersebut selama ini menggantungkan perekonomian dari bantuan internasional. Hingga kini, belum ada negara yang secara resmi mengakui pemerintahan Taliban. Situasi keamanan Afghanistan juga belum stabil dan kerap diguncang bom bunuh diri.

Taliban pun kemudian menggantungkan kekayaan alam untuk bertahan hidup. Afghanistan sejatinya diberkati kekayaan mineral dan bahan bakar fosil dalam jumlah besar tetapi karena banyak hal mereka belum mampu menggali hartanya tersebut.

Kenaikan harga batu bara pun kemudian menjadi berkah bagi Taliban. Dalam enam bulan terakhir, Afghanistan sudah mengantongi 2 miliar afghani atau sekitar US$ 33,8 juta dari pajak ekspor batu bara. Penerimaan sebesar itu diperoleh dari ekspor batu hitam senilai 16 miliar afghani dalam enam bulan terakhir.

"Ekspor batu bara naik karena sudah membuka jalan kepada banyak kepada trader," tutur juru bicara Kementerian Keuangan Taliban Ahmad Wali Haqmal, seperti dikutip Reuters.

Pada periode Oktober 2021-April 2022 , ekspor batu bara Afghanistan mencapai 1,8 juta ton. Angka tersebut naik 16% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.


Awal bulan ini, Taliban mengumumkan anggaran pertamanya sejak menguasai Afghanistan. Mereka menyatakan optimisme nya jika mereka bisa membiayai pengeluaran negaranya dari penerimaan domestik dan tidak menggantungkan kepada bantuan asing. Optimisme sejalan dengan harga batu bara yang terus melambung.

Setidaknya ada empat perusahaan penghasil batu bata di Afghanistan yang hampir semuanya berada di wilayah paling utara negara tersebut seperti Badakhshan, Takhar, Kuduz, Baghlan, Samangan, dan Balk. Wilayah tersebut juga menjadi batas dengan Pakistan sehingga memudahkan ekspor.

Kenaikan ekspor batu bara Afghanistan juga menjadi berkah buat Pakistan karena mereka bisa mengurangi ekspor batu hitam dari Afrika Selatan. Impor batu bara dari Afrika Selatan menjadi sangat mahal. Perang Rusia-Ukraina dan persoalan logistik telah melambungkan harga batu bara Afrika Selatan.

Pakistan diperkirakan akan mengimpor batu bara dari Afghanistan sebanyak 500 ribu ton per bulan dari Afghanistan untuk menghilangkan ketergantungan terhadap Afrika Selatan.

"Hampir semua ekspor Afghanistan dikirim ke Pakistan. Pakistan juga menjadi pintu bagi trader negara lain untuk membeli batu bara dari Afghanistan," tutur  Haqmal, seperti dikutip dari Tolonews.

Afghanistan bukanlah satu-satunya negara yang menaikkan produksi batu bara di tengah melonjaknya harga komoditas.  Mongolia dan Botswana juga mengambil langkah serupa.

Ekspor batu bara Mongolia ditargetkan sebesar 36 juta pada tahun ini. Jumlah tersebut melonjak dibandingkan realisasi tahun lalu yang berada di angka 15,9 juta ton.
Sebagian besar ekspor batu bara Mongolia dikirim ke China. Ekspor batu bara Mongolia memang terdampak lockdown China hingga turun hingga 48% pada Januari-April 2022. Namun, Mongolia optimis target ekspor batu bara bisa dicapai tahun ini begitu China membuka lockdown.

Sementara itu, permintaan batu bara dari Botswana juga meningkat seiring perang Rusia-Ukraina. Presiden Botswana, Mokgweetsi Masisi, pertengahan bulan lalu mengatakan negaranya mungkin akan memasok batu bara ke Eropa sebanyak 1 juta ton per tahun. Saat ini, Botswana menyuplai batu bara buat Eropa sebanyak 50.000 ton per bulan.

"Biasanya kami menerima permintaan impor sebanyak 50.00 ton per bulan dari Eropa. Namun, kami telah menerima permintaan ekspor dalam jangka panjang dalam jumlah besar sehingga pengiriman bisa 1 juta ton per tahun," tutur Menteri Energi Botswana, Lefoko Moagi, seperti dikutip Reuters.




TIM RISET CNBC INDONESIA


(mae/mae)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Jurus Emiten Batu Bara Amankan Ekspor Saat Harga Mendingin