Harga CPO Naik Lagi, Tapi Kok Petani Diprediksi Merugi?

aaf, CNBC Indonesia
Jumat, 27/05/2022 09:24 WIB
Foto: Pekerja membongkar buah sawit dari sebuah truk di sebuah pabrik kelapa sawit di Salak Tinggi, di luar Kuala Lumpur 4 Agustus 2014. REUTERS / Samsul Said / File Photo

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) naik tipis di sesi pembukaan perdagangan pada hari ini, Jumat (27/5/2022), setelah harga CPO kemarin melesat. Namun, ketika harga CPO naik, petani Indonesia justru diprediksi akan mengalami kerugian. Apa penyebabnya?

Mengacu pada data kepada Refinitiv, pukul 08:30 WIB harga CPO di banderol di level MYR 6.575/ton atau naik tipis 0,64%.

Di sepanjang pekan ini, harga CPO berhasil membukukan kenaikan 7,63%, tapi masih terkoreksi 4,9% secara bulanan.


Secara teknis, Wang Tao, Analis Komoditas Reuters, memproyeksikan harga CPO hari ini akan naik ke kisaran MYR 6.713-6.731/ton, didorong oleh gelombang (c). Gelombang tersebut akan dimulai pada MYR 6.289/ton dan diperkirakan akan mencapai MYR 6.928/ton.

Sumber: Refinitiv

Kontrak minyak sawit berjangka di Bursa Malaysia Derivatives Exchange pada Kamis (26/5) ditutup melonjak 2,44% ketimbang hari sebelumnya, dan di banderol di MYR 6.533/ton. Level tersebut menjadi rekor tertinggi sejak 5 Mei.

Minyak sawit berjangka Malaysia berbalik arah untuk mencapai penutupan tertinggi tiga minggu pada hari Kamis, dipicu oleh permintaan pasar di tengah ketatnya pasokan karena minyak nabati dari Indonesia tetap absen dari pasar global.

Analis minyak nabati terkemuka dan merupakan Direktur Godrej International Mistry pada hari Kamis mendesak Indonesia untuk segera melanjutkan ekspor minyak sawit, memperingatkan bahwa penghentian pengiriman sambil menunggu rincian aturan penjualan domestik dapat menyebabkan "malapetaka" ekonomi bagi petani.

Dalam sebuah surat terbuka kepada pemerintah Indonesia yang dibagikan kepada beberapa media internasional, Mistry mengatakan produsen dan eksportir minyak sawit terbesar di dunia sedang menuju ke "situasi bencana" karena persediaan telah mencapai rekor tertinggi dalam sejarah melebihi tujuh juta ton.

"Jika ekspor tak terbatas tidak dimulai sebelum akhir Mei, kami memperkirakan situasi di mana semua tangki penyimpanan akan penuh dan industri akan terhenti," katanya yang dikutip dari Reuters.

Dia juga menambahkan bahwa kerugian tersebut tentunya akan berdampak buruk pada petani Indonesia.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah membuka kembali keran ekspor CPO Indonesia dan memberlakukan kebijakan penjualan lokal atau Domestic Market Obligation (DMO), tapi eksportir telah menahan pengiriman karena mereka menunggu perincian aturan terbaru.

Menurut Mistry bahwa petani di Indonesia sudah dibebani dengan pungutan dan pajak yang lebih tinggi sebesar $575 per ton dibandingkan dengan rekan-rekan mereka di Malaysia yang membayar $125 per ton.

"Tapi sekarang mereka menghadapi situasi yang luar biasa karena tidak bisa memanen buah mereka dan malah akan dipaksa menontonnya membusuk di pohon," katanya.

Mistry menambahkan bahwa di awal Juni akan ada curah hujan sehingga ada potensi ledakan pada produksi CPO. Tidak hanya itu, larangan ekspor CPO Indonesia tempo hari telah memaksa negara-negara untuk melihat ketergantungan mereka pada kelapa sawit Indonesia dan menemukan cara untuk membuat harga CPO lebih murah, seperti halnya India yang menerapkan bebas harga bea cukai untuk minyak nabati termasuk CPO.

Kombinasi dari tangki penyimpanan penuh, potensi ledakan pada produksi, permintaan yang buruk, dan ekspor yang dibatasi, kemungkinan akan membawa malapetaka bagi petani Indonesia.

Mistry mengungkapkan bahwa potensi bencana ekonomi bagi petani tersebut dapat dihindari jika pemerintah segera mengadopsi kebijakan ekspor tak terbatas yang diungkapkan sebagai solusi win-win bagi petani dan pembeli.

Sisi lainnya, nilai ekspor produk minyak sawit Malaysia periode 1-25 Mei naik 23,9% menjadi 1.112.175 ton dari 897.683 ton, seperti yang dilaporkan oleh Diler Kargo Societe Generale de Surveillance pada Kamis (26/5).

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/aaf)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Sinyal Lesunya Ekonomi RI, Kredit Perbankan Melambat Lagi