Andai Tak Libur, IHSG Tampaknya Bisa Ditutup Menguat Tipis

Tim Riset, CNBC Indonesia
26 May 2022 17:20
Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (9/5/2022). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (9/5/2022). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham Tanah Air pada perdagangan Kamis (26/5/2022) tidak dibuka karena sedang libur nasional memperingati Hari Kenaikan Isa Almasih.

Namun jika dibuka pada hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi ditutup menguat tetapi cenderung tipis. Bahkan bisa saja kembali berfluktuasi. Hal ini karena di bursa Asia cenderung beragam dengan mayoritas melemah pada hari ini.

Sedangkan pasar saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu kemarin berhasil ditutup cerah bergairah setelah beberapa hari sebelumnya mengalami koreksi.

Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Rabu kemarin, IHSG ditutup melemah 0,44% ke level 6.883,5. IHSG masih cenderung bergelombang pada pekan ini.

Dari bursa utama kawasan Asia Pasifik, mayoritas mengalami pelemahan, kecuali indeks Shanghai dan Singapura yang bergerak di zona hijau.

Sementara itu, hari ini bursa saham Eropa ramai-ramai dibuka menghijau mengikuti jejak Wall Street yang menguat pada penutupan perdagangan Rabu kemarin. Di mana indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 0,6%, S&P 500 melesat 0,9%, dan Nasdaq Composite melonjak 1,5%.

Penguatan tersebut terjadi meskipun bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) resmi mengumumkan hasil rapat edisi Mei 2022 yang tampaknya semakin hawkish.

Hasil pertemuan The Fed pada 3-4 Mei mengisyaratkan bahwa The Fed akan segera menaikkan suku bunga acuan dengan cepat dan mungkin lebih dari prediksi pasar untuk memadamkan tekanan inflasi.

Risalah tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar peserta menilai bahwa kenaikan 50 basis poin (bp) dalam kisaran target kemungkinan akan sesuai pada beberapa pertemuan berikutnya.

Selain itu, Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) mengindikasikan bahwa sikap kebijakan yang ketat mungkin menjadi tepat, tergantung pada prospek ekonomi yang berkembang dan risiko terhadap prospek tersebut.

Hal ini membuat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun sedikit berubah dan terhenti di 2,75%.

Baru-baru ini, kecemasan investor telah bergeser dari tingkat suku bunga acuan yang tinggi menuju ke potensi resesi karena inflasi yang mendekati level tertinggi 40 tahun.

Indeks S&P 500 yang telah berjuang untuk menghindari persimpangan ke bear market, sekarang berada di 17,4% dari rekor tertingginya, sementara indeks Dow Jones berada di 13% dari level tertingginya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular