
Cek! 10 Mata Uang yang Keok Terhadap Dolar, Ada Rupiah?

Jakarta, CNBC Indonesia- Indeks dolar Amerika Serikat (AS) bergerak di dekat level terendah sejak satu bulan pada perdagangan hari ini, Kamis (26/5) terhadap 6 mata uang dunia. Meski begitu, dolar AS masih dapat menekan mata uang dunia. Bagaimana dengan rupiah?
Pada Rabu (26/5) waktu Indonesia, telah dirilis risalah pertemuan The Fed pada 3-4 Mei lalu dan menunjukkan potensi kenaikan suku bunga acuan sebanyak 50 basis poin di bulan Juni dan Juli, serta jeda di akhir tahun ini.
Keputusan tersebut tampaknya telah diprediksikan oleh pasar, sehingga dolar AS pun terbatas penguatannya. Hari ini, pukul 10:15 WIB, indeks dolar AS kembali terkoreksi 0,02% ke level 102,051.
Secara year-to-date, indeks dolar AS masih berhasil menguat sebanyak 6,1% di pasar spot dan menekan beberapa mata uang di dunia.
Secara year to date, dolar Hong Kong terkoreksi terhadap dolar AS sebanyak 0,7%. Meski demikian, dolar Hong Kong menjadi mata uang yang terkoreksinya paling rendah terhadap si greenback ketimbang nilai mata uang lainnya, bahkan di Asia, dolar Hong Kong berhasil menduduki posisi pertama.
Selain itu, mata uang di Asia seperti dolar Singapura dan Baht Thailand terkoreksi lebih dalam terhadap dolar AS yang masing-masing sebesar 1,6% dan 2,5%.
Selanjutnya, jika membandingkan performanya dengan mata uang di Asia, rupiah menduduki posisi keempat, di mana rupiah terkoreksi 2,8% terhadap dolar AS. Rupiah sudah terkoreksi selama 5 pekan terakhir, karena keagresifan The Fed yang pada awal Mei menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 50 basis poin. Sejak itu, rupiah pun berangsur terkoreksi.
Tidak hanya itu, larangan ekspor minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) yang diberlakukan pada 28 April 2022, ikut menekan rupiah di pasar spot. Sepanjang bulan Mei hingga Senin (23/5), rupiah tidak pernah menguat melawan dolar AS.
Namun, ketika Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan pembukaan kembali keran ekspor CPO, sontak membuat Mata Uang Tanah Air menguat. Di sepanjang pekan in, rupiah berhasil menguat selama dua hari beruntun.
Kabar tersebut tentunya memberikan dampak yang positif, sebab CPO merupakan salah satu penyumbang devisa terbesar. Nilai ekspor CPO dan produk turunannya setiap bulannya mencapai US$ 2,5 miliar - 3 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Dekati Rp 15.000/US$, Begini Kondisi Money Changer