Ada Ringgit Malaysia, Ini Kurs Yang Lebih Buruk dari Rupiah

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
25 May 2022 09:20
FILE PHOTO: A Malaysia Ringgit note is seen in this illustration photo June 1, 2017.     REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo
Foto: Reuters/Thomas White

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan Federal Reserve (The Fed) sangat agresif dalam menaikkan suku bunga di tahun ini. Alhasil, nilai tukar rupiah terus tertekan melawan dolar AS.

Pelemahan rupiah sepanjang tahun ini juga cukup besar, 2,84% hingga Selasa kemarin di Rp 14.655/US$. Meski demikian, banyak mata uang Asia yang kinerjanya lebih buruk dari rupiah sepanjang tahun ini.

Kurs negara tetangga, Ringgit Malaysia misalnya, sepanjang tahun ini pelemahannya tercatat sebesar 5,3%. Yuan China juga lebih buruk dengan pelemahan sebesar 4,74%.

Mata uang utama Asia yang kinerjanya paling buruk yakni yen Jepang, sepanjang tahun ini nilainya merosot lebih dari 10%.

Tidak ada satu pun mata uang utama Asia yang mampu menguat melawan dolar AS sepanjang tahun ini. Dolar Singapura yang paling kecil pelemahannya, itu pun sebesar 1,7%.

Mata uang Eropa juga terpuruk, dan lebih buruk dari rupiah. Kurs euro jeblok 5,7% melawan dolar AS. Franc Swiiss melemah 5,4%, dan poundsterling Inggris lebih dalam lagi 7,5%. 


The Fed yang terdepan dalam menaikkan suku bunga membuat dolar AS menjadi sangat perkasa. Seperti diketahui The Fed mulai menaikkan suku bunga pada bulan Maret lalu, sebesar 25 basis poin menjadi 0,25% - 5%.

Di bulan ini The Fed lebih agresif lagi dengan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 0,75% - 1%. Kenaikan ini menjadi yang terbesar dalam 22 tahun terakhir.

Selasa pekan lalu, ketua bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell menyatakan tidak akan ragu untuk menaikkan suku bunga hingga di atas level netral guna meredam inflasi.

"Apa yang perlu kita lihat adalah inflasi turun dengan cara yang jelas dan meyakinkan. Jika kami tidak melihat itu, kami harus mempertimbangkan untuk bergerak lebih agresif," tuturnya pada Konferensi Wall Street Journal yang dikutip dari Reuters.

Suku bunga dikatakan netral jika berada di level yang tidak menstimulasi perekonomian tetapi juga tidak menekannya. Suku bunga di AS dalam posisi netral diperkirakan berada di level 3,5%, dan kemungkinan akan berada di level tersebut pada tahun depan.

Pasar pasar kini melihat di akhir tahun suku bunga The Fed akan berada di kisaran 2,75% - 3%, artinya akan ada kenaikan 200 basis poin lagi.

Bank sentral negara lain memang sudah menaikkan suku bunga, tetapi tidak ada yang mengalahkan agresivitas The Fed yang membuat dolar AS sangat kuat.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar AS 'Sakti Mandraguna', Ini Sederet Korbannya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular