Berkat Sri Mulyani, BI Tak Perlu Buru-buru Naikkan Bunga

Maesaroh & Maesaroh, CNBC Indonesia
Selasa, 24/05/2022 16:30 WIB
Foto: Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo Memberikan Keterangan Pers Mengenai Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Mei 2022. (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Seperti perkiraan banyak lembaga dan pelaku pasar, Bank Indonesia (BI) mempertahankan mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,5% pada bulan ini. BI mengakui kebijakan fiskal pemerintah membantu mereka mengulur kenaikan suku bunga acuan.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 23-24 Mei 2022 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%.

BI sudah mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 3,5% sejak Februari 2021 atau sudah bertahan selama 15 bulan terakhir. Level 3,5% adalah suku bunga acuan terendah dalam sejarah Indonesia.



Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan keputusan BI menahan suku bunga acuan sejalan dengan perlunya pengendalian inflasi tanpa perlu meninggalkan momentum pertumbuhan ekonomi.

Perry mengakui kebijakan fiskal pemerintah memberi ruang lebih pada BI untuk tidak menaikkan suku bunga, setidaknya hingga saat ini. Hal tersebut berbeda dengan negara lain di mana bank sentral mereka, seperti Inggris dan Amerika Serikat (AS) sudah menaikkan suku bunga karena tekanan inflasi yang sangat besar.

"Dengan kordinasi pemerintah dan BI, inflasi terkendali. Itu juga akan mengurangi keharusan untuk merespon melalui suku bunga sebagaimana bank sentral negara lain," tutur Perry, dalam konferensi Pengumuman Hasil RDG Bulanan Bulan Mei, Selasa (24/5/2022).

Pada RDG bulan lalu, Perry memang mengatakan kebijakan kenaikan suku bunga akan tergantung pada bagaimana kebijakan pemerintah dalam merespon kenaikan kelompok pengeluaran administered prices.

Sebagai catatan, Kamis (19/5/2022), Menteri Keuangan Sri Mulyani sudah membeberkan rencana pemerintah untuk menaikkan subsidi demi mempertahankan harga BBM dan tarif listrik untuk kelompok kurang mampu.

Total subsidi yang akan ditambah sebesar Rp 443,6 triliun untuk memastikan harga BBM, LPG dan listrik yang disubsidi tidak naik. Pemerintah juga akan menambah anggaran perlindungan sosial Rp 18,6 triliun.

Tambahan subsidi dan tidak naiknya harga energi diyakini akan meredam laju inflasi Indonesia. Dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi April menembus 0,95% (month to month/mtm) atau menjadi yang tertinggi sejak Januari 2017. Secara tahunan (year on year/yoy), inflasi melonjak 3,47% di April. Level tersebut adalah yang tertinggi sejak Agustus 2019.

Perry memperkirakan inflasi Indonesia akan berada di atas 4% untuk tahun ini, di atas target BI yang berada di kisaran 2-4%. Jika inflasi melewati batas 4% itu juga akan menjadi level tertinggi sejak 2014.


(mae/mae)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perry Warjiyo Putuskan BI Rate Tetap 5,50%

Pages