
BI Tak Tergoda AS dkk Naikkan Suku Bunga Acuan, Loh Kok?

Jakarta, CNBC Indonesia - Agresivitas Bank Sentral Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara lain dalam menaikkan suku bunga acuan ternyata tidak membuat Bank Indonesia (BI) latah. BI masih tetap pertahankan suku bunga acuan di level 3,5%.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menjelaskan ada tiga hal yang harus perhatikan dalam pengambilan kebijakan dalam kondisi sekarang. Pertama pengukuran kebijakan moneter tidak hanya dilihat dari suku bunga, namun juga ada normalisasi likuiditas dan stabilitas nilai tukar.
"Kalau mengukur moneter jangan hanya bertumpu ke suku bunga kebijakan," ungkap Perry usai rapat dewan gubernur (RDG), Selasa (24/5/2022)
Kedua, dampak yang ditimbulkan dari kenaikan US treasury terhadap yield Surat Berharga Negara (SBN) tidak signifikan. Apalagi pemerintah masih memiliki kas yang cukup, sehingga tidak terburu-buru dalam penarikan utang.
Dalam kondisi sekarang, menurut Perry justru memberikan kesempatan kepada investor dalam negeri untuk mendapatkan keuntungan sekaligus memberikan andil terhadap negara.
"Jadi ini kesempatan untuk investor dalam negeri," ujarnya.
Ketiga, kebijakan suku bunga acuan lebih diarahkan kepada pengendalian inflasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke depan. Inflasi memang ada kecenderungan naik, namun masih dalam rentang yang diperkirakan BI.
Sementara ekonomi kini masih membutuhkan suku bunga rendah agar bisa pulih lebih cepat. Di sisi lain likuiditas perbankan masih berlimpah. Maka dari itu BI memilih untuk normalisasi melalui giro wajib minimum (GWM).
"Normalisasi kebijakan moneter BI dilakukan terlebih dahulu melalui normalisasi likuiditas, kenaikan GWM tanpa mengurangi likuiditas perbankan, likuiditas sangat berlebih," papar Perry.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dilanda Krisis, AS Tak Bakal Lagi Ngegas Kerek Suku Bunga!