Harga Batu Bara Turun Nyaris 2%

Maesaroh, CNBC Indonesia
24 May 2022 07:15
Pekerja melakukan bongkar muat batubara di Terminal Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (6/1/2022). Pemerintah memutuskan untuk menyetop ekspor batu bara pada 1–31 Januari 2022 guna menjamin terpenuhinya pasokan komoditas tersebut untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik PLN dan independent power producer (IPP) dalam negeri. Kurangnya pasokan batubara dalam negeri ini akan berdampak kepada lebih dari 10 juta pelanggan PLN, mulai dari masyarakat umum hingga industri, di wilayah Jawa, Madura, Bali (Jamali) dan non-Jamali. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Pekerja melakukan bongkar muat batubara di Terminal Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (6/1/2022). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia- Harga batu bara melemah pada perdagangan awal pekan ini. Kemarin, harga batu bara kontrak Juni di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup pada level US$ 413,00 per ton. Melemah 1,9% dibandingkan posisi penutupan akhir pekan lalu.

Dalam dua bulan terakhir, harga batu bara memang kerap melemah atau stagnan pada awal pekan sebelum kemudian merangkak naik pada pertengahan pekan. Siklus tersebut setidaknya terjadi pada 2 dan 9 Mei 2022 serta 11 dan 18 April 2022.

Dalam sepekan, harga batu bara masih menguat 9,3% secara point to point. Dalam sebulan batu bara juga melesat 18,1%.


Selain siklus pelemahan awal pekan, harga batu bara juga turun karena sejumlah faktor. Di antaranya adalah anjloknya harga baja, mulai menurunnya permintaan impor dari sejumlah negara karena harganya yang melonjak, serta keputusan China untuk memangkas konsumsi batu bara.

Harga baja terus melemah karena pasokan di Eropa masih melimpah sementara permintaan dari China belum membaik karena lockdown. Harga baja rebar (baja tulangan beton) anjlok ke CNY ke 4,725 pada hari ini. Level tersebut adalah yang terendah dalam 12 minggu.

Produksi baja mentah banyak menggunakan metalurgi batu bara dari batubara jenis kokas (coking coal).  Penurunan permintaan baja akan berimbas kepada batu bara.

Sementara itu, pengguna batu bara non-listrik di Pakistan telah mengurangi impor batu bara dan memilih untuk menutup pembangkit listrik batu baranya karena harganya yang terus melonjak. Dilansir dari S&P Global, pabrik baja dan semen merupakan beberapa sektor yang sudah menutup pembangkit batu bara mereka. Penutupan juga dilakukan karena melemahnya permintaan.

Pakistan selama ini mengimpor 70% kebutuhan batu bara thermal (digunakan untuk pembangkit) dari Afrika Selatan. Namun, mereka mulai tidak sanggup membeli karena harganya yang terus melonjak.

"Pabrik semen dan sektor non-listrik semakin banyak yang menutup pembangkitnya karena harga batu bara Afrika Selatan yang melesat serta kurangnya pemasok alternatif," tutur seorang trader dari Pakistan, seperti dikutip dari S&P Global.

Sementara itu, pemerintah Shanghai, China, mengumumkan akan mengurangi penggunaan batu bara secara bertahap hingga 2025. Keputusan tersebut diperkirakan akan membuat konsumsi batu bara di kota tersebut turun 5% dibandingkan akhir 2020 lalu.

Kendati melemah hari ini, S&P Global memperkirakan harga batu bara masih akan tinggi pada pekan ini karena sejumlah negara akan meningkatkan pasokan menjelang musim panas. Pelonggaran mobilitas di Shanghai juga akan membantu peningkatan harga batu bara.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Waduh! Harga Batu Bara Anjlok ke Level Sebelum Perang Ukraina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular