
Tunggu Kejutan dari BI, Rupiah Melemah Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melanjutkan tren buruk di bulan ini melawan dolar Amerika Serikat (AS). Pada perdagangan Senin (23/5/2022) rupiah kembali mencatat pelemahan, dengan demikian sepanjang perdagangan Mei baru sekali saja Mata Uang Garuda berhasil menguat.
Melansir data Refinitiv, rupiah sebenarnya membuka perdagangan dengan menguat 0,14% ke Rp 14.630/US$. Sayangnya, penguatan tersebut hanya berlangsung sesaat, rupiah kemudian berbalik melemah hingga mengakhiri perdagangan di Rp 14.670/US$, melemah 0,14% di pasar spot.
Sepanjang perdagangan bulan Mei, rupiah baru mencatat penguatan sekali saja. Jika melihat ke belakangan, rupiah tidak pernah menguat semenjak pemerintah melarang ekspor minyak goreng, minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan turunannya pada 29 April lalu.
Jumat lalu, rupiah akhirnya mampu menguat hingga 0,54% setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan pembukaan kembali larangan ekspor produk minyak sawit termasuk minyak goreng dan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).
CPO merupakan salah satu penyumbang devisa terbesar, sehingga ekspor yang kembali diizinkan memberikan dampak positif ke rupiah. Nilai ekspor CPO dan produk turunannya setiap bulannya mencapai US$ 2,5 miliar - 3 miliar.
Devisa saat ini menjadi faktor yang penting bagi rupiah, sebab tekanan eksternal sangat besar khususnya akibat kenaikan suku bunga di Amerika Serikat yang sangat agresif. Semakin besar devisa yang masuk, artinya BI punya lebih banyak "peluru" untuk menstabilkan rupiah.
Sayangnya, pada perdagangan hari ini efek dari dibukanya kembali ekspor CPO sudah memudar, rupiah kembali melemah.
Gubernur BI Perry Warjiyo dan kolega akan mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 23 - 24 Mei menjadi perhatian utama.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI 7-DRR) bertahan di 3,50%. Dari 15 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus tersebut hanya dua yang memproyeksi BI akan menaikkan suku bunga acuan bulan ini.
Artinya, masih ada peluang BI akan memberikan kejutan. Ekonom OCBC Wellian Wiranto memperkirakan BI sudah akan menaikkan suku bunga acuan bulan ini.
"Kami memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada minggu ini. Kenaikan untuk menekan tekanan inflasi," ujar Wellian, kepada CNBC Indonesia.
Jika BI benar memberikan kejutan besok, maka rupiah akan mendapat suntikan tenaga dan tidak menutup kemungkinan berbalik menguat lagi melawan dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Dekati Rp 15.000/US$, Begini Kondisi Money Changer
