10 Saham Tercuan & Paling Boncos, Ada Indika Energy
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup cerah bergairah pada perdagangan Jumat (20/5/2022) akhir pekan lalu dan berhasil melewati pekan yang volatil.
Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup menguat 1,39% ke level 6.918,144. IHSG kembali memepet level 7.000.
Sepanjang pekan lalu, IHSG berhasil melejit 4,85% secara point-to-point (ptp). Pada pekan lalu bisa dikatakan sebagai pekan pemulihan setelah pada pekan sebelumnya sempat ambles lebih dari 8%, meski pada pekan lalu dianggap sebagai pekan yang volatil.
Nilai transaksi indeks pada perdagangan akhir pekan lalu mencapai sekitaran Rp 16 triliun dengan melibatkan 22 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,4 juta kali. Sebanyak 346 saham menguat, 173 saham melemah, dan 164 saham stagnan.
Meski berhasil membukukan kinerja yang positif pada pekan lalu, namun sayangnya investor asing masih melakukan aksi jual bersih (net sell) meski nilainya jauh berkurang dibandingkan pekan sebelumnya.
Data pasar menunjukkan net sell asing mencapai Rp 2,44 triliun di pasar reguler, tunai dan nego. Sementara pada pekan sebelumnya, net sell asing di all market lebih dari Rp 9 triliun.
Di tengah positifnya IHSG pada perdagangan akhir pekan lalu, beberapa saham menjadi top gainers. Berikut sepuluh saham yang menjadi top gainers pada perdagangan Jumat pekan lalu.
Saham emiten sawit yakni PT Gozco Plantations Tbk (ARTO) menjadi salah satu saham yang masuk ke jajaran top gainers pada Jumat pekan lalu, di mana harganya melejit 24,86% ke level harga Rp 462/saham.
Nilai transaksi saham GZCO pada Jumat pekan lalu mencapai Rp 241,54 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 1,07 miliar lembar saham. Investor asing mengoleksi saham GZCO sebesar Rp 14,29 miliar di seluruh pasar.
Melesatnya saham GZCO dipicu oleh sentimen positif dari dalam negeri pasca Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan membuka kembali keran ekspor produk sawit seperti minyak goreng dan crude palm oil (CPO) pada 23 Mei mendatang.
"Berdasarkan kondisi pasokan dan harga minyak goreng saat ini, serta mempertimbangkan adanya 17 juta orang tenaga di industri sawit, petani dan pekerja dan tenaga pendukung lainnya maka saya memutuskan ekspor minyak goreng akan dibuka kembali pada Senin 23 Mei 2022," kata Jokowi dalam pernyataan resminya, Kamis (19/5/2022).
Sentimen ini tentunya akan memicu kenaikan harga komoditas CPO dan menjadi sentimen positif yang menggerek harga sahamnya.
Selain saham GZCO, saham emiten teknologi informasi, digital, dan telekomunikasi yang bertahan di jajaran top gainers Jumat pekan lalu, yakni saham PT NFC Indonesia Tbk (NFCX) yang harga sahamnya melonjak 16,45% ke posisi harga Rp 6.725/saham.
Nilai transaksi saham NFCX pada Jumat pekan lalu mencapai Rp 4,72 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 733,3 ribu lembar saham. Investor asing masih mengoleksi saham NFCX sebesar Rp 269,23 juta di seluruh pasar.
Selain itu, terdapat pula saham emiten batu bara yakni PT Indika Energy Tbk (INDY) yang menduduki posisi paling minor atau ke-10 dari jajaran top gainers Jumat pekan lalu. Saham INDY ditutup melesat 11,33% ke level Rp 2.850/saham.
Nilai transaksi saham INDY Jumat pekan lalu mencapai Rp 302,21 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 109,38 juta lembar saham. Investor asing juga memburu saham INDY sebesar Rp 40,65 miliar di seluruh pasar.
Melesatnya harga saham INDY setelah perseroan melaporkan kinerja keuangan yang positif pada kuartal pertama tahun 2022.
Sepanjang tiga bulan pertama tahun ini, pendapatan perusahaan tercatat melonjak hingga 58% menjadi US$ 830,79 juta atau setara dengan Rp 11,92 triliun (asumsi kurs Rp 14.350/US$) dari periode yang sama tahun lalu yang hanya sebesar US$ 525,16 juta (Rp 7,53 triliun).
Pendapatan yang melonjak ini membuat perusahaan akhirnya mampu membalikkan kondisi dari semula rugi US$ 9,36 juta (Rp 134,31 miliar) menjadi untung Rp 75,04 juta (Rp 1,07 triliun) pada kuartal I-2022.
Kondisi profitabilitas ini diperoleh karena proporsi beban pokok pendapatan terhadap pendapatan usaha turun signifikan dari semula mencapai 80% dari pendapatan, turun menjadi hanya 69% saja.
Kondisi keuangan fantastis yang dicatatkan oleh INDY juga ikut ditopang oleh reli harga di pasar komoditas akibat konflik di Eropa Timur dan pemulihan ekonomi yang pada akhirnya ikut mendongkrak permintaan batu bara.
Dalam laporan keuangannya perusahaan mencatat bahwa per 31 Maret 2022, penjualan batu bara masih menjadi sumber utama pendapatan perusahaan dengan nilainya mencapai US$ 737 juta atau nyaris mencapai 90% total penerimaan kuartal pertama tahun ini. Porsi tersebut berada di kisaran yang sama dan nyaris tidak berubah dari periode yang sama tahun sebelumnya.
(chd)