
Gara-gara RI Harga Sawit Longsor 4%

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) longsor pekan ini setelah Presiden Joko Widodo, atau Jokowi, memutuskan untuk membuka kran ekspor CPO dan produk turunannya.
Harga CPO di bursa Malaysia pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (20/5/2022), ditutup di level MYR 6.109/ton. Harga tersebut memang naik 0,6% dibandingkan hari sebelumnya. Namun, secara keseluruhan, selama sepekan lalu harga CPO anjlok 4,08%. Pelemahan ini jauh lebih besar dibandingkan pada pekan sebelumnya di mana harga CPO turun 0,48%.
Pada Kamis (19/5/2022), harga CPO bahkan menyentuh level terendah sejak 11 April 2022 atau lebih dari sebulan lebih.
Pelemahan harga CPO utamanya dipicu oleh keputusan pemerintah Indonesia untuk membuka kembali ekspor CPO dan produk turunannya.
Sebagai catatan, pemerintah mulai 28 April 2022 menutup pintu ekspor CPO, Refined Bleached and Deodorized Palm Oil, Refined, Bleached and Deodorized Palm Olein, dan Used Cooking Oil. Larangan ekspor diambil untuk memastikan pasokan bahan baku minyak goreng sekaligus menstabilkan harga minyak goreng di dalam negeri.
Dalam keterangannya pada Kamis (19/5/2022), Presiden Jokowi mengatakan pencabutan ekspor dilakukan karena meningkatnya pasokan CPO di dalam negeri juga semakin menurunnya harga minyak goreng curah.
Jokowi menyebut pasokan sawit untuk kebutuhan minyak goreng nasional mencapai 211 ribu per bulan setelah ekspor dilarang. Jumlah tersebut jauh di atas pasokan di bulan Maret yakni 64,5 ribu ton. Harga minyak goreng curah juga sudah turun menjadi rata-rata Rp 17.200-17.600 dari sebelumnya Rp 19.800.
Dengan total ekspor mencapai 33,67 juta ton pada tahun 2021, Indonesia merupakan eksportir terbesar CPO di dunia. Dengan peran besar tersebut, kebijakan dalam negeri Indonesia akan sangat menentukan harga CPO dunia.
Dibukanya kembali ekspor CPO dan produk turunannya maka artinya pasokan global akan bertambah sehingga keseimbangan supply demand lebih terjaga.
Chong Hoe Leong analis dari Public Investment Bank Bhd Malaysia mengatakan harga CPO Malaysia juga mungkin sudah melewati puncak. Harga komoditas tersebut diperkirakan akan turun sejalan dengan kenaikan produksi, menurunnya permintaan, dan dibukanya kembali kran ekspor CPO dari Indonesia.
Penurunan harga CPO juga akan membuat harga edible oil (minyak yang dijadikan bahan pangan) ikut turun.
"Harga CPO akan terkoreksi dalam waktu dekat. Harga CPO dan edible oil lain sudah melonjak sejak konflik geopolitik (Rusia-Ukraina) dan larangan ekspor CPO yang dilakukan Indonesia. Harga edible oil bisa anjlok hingga 20%," tutur Chong, dikutip dari The edge markets.
Chong mengatakan harga CPO akan terkoreksi dalam 3-6 bulan ke depan. Harga CPO bisa melemah ke level MYR 4000 jelang akhir tahun. Namun, peneliti Hong Leong Investment Bank (HLIB) Chye Wen Fei memperkirakan harga CPO masih akan tinggi dan berada di kisaran MYR 5.500-4.500 hingga 2024 karena gangguan pasokan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gegara Jokowi, Harga Sawit Rekor Tertinggi Sepanjang Masa!