Top Gainers-Losers

Selamat! NFCX-ARTO Jadi yang Tercuan, Siapa yang Terboncos?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
20 May 2022 06:55
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup di zona hijau pada perdagangan Kamis (19/5/2022) kemarin, di tengah memerahnya bursa saham global.

Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup menguat 0,44% ke level 6.823,335.

Sebelum sukses mempertahankan penguatan, IHSG sempat terpelanting ke zona merah bahkan sempat menyentuh level psikologis 6.600 pada awal perdagangan sesi I kemarin. Namun pada sekitar pukul 10:00 WIB kemarin, IHSG akhirnya mampu bangkit hingga penutupan perdagangan.

Nilai transaksi indeks pada kemarin mencapai sekitaran Rp 18 triliun dengan melibatkan 27 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,5 juta kali. Sebanyak 190 saham naik, 338 saham turun, dan 149 saham flat.

Meski berhasil bertahan di zona hijau, tetapi investor asing kembali melakukan penjualan bersih (net sell) mencapai Rp 265,64 miliar di seluruh pasar.

Di tengah menghijaunya kembali IHSG kemarin, beberapa saham menjadi top gainers. Berikut sepuluh saham yang menjadi top gainers pada perdagangan Kamis kemarin.

Saham Top Gainers

Saham emiten bank digital berkapitalisasi pasar besar (big cap) yakni PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang sebelumnya ambles dan mencetak auto rejection bawah (ARB) selama tujuh hari beruntun, pada perdagangan kemarin berhasil melonjak dan masuk ke jajaran top gainers.

Saham ARTO ditutup melonjak 19,79% ke level harga Rp 8.475/saham. Nilai transaksi saham ARTO kemarin terbilang besar yakni mencapai Rp 1 triliun dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 128,79 juta lembar saham. Investor asing masih melepas saham ARTO sebesar Rp 89,88 miliar di seluruh pasar.

Amblesnya saham ARTO dalam tujuh hari beruntun disebabkan oleh kinerja keuangan perusahaan, yang meski membaik dari periode secara tahunan tetapi masih di bawah ekspektasi analis.

Pada kuartal I/2022, Bank Jago mencetak laba bersih Rp 19 miliar, berbalik dari setahun sebelumnya ketika merugi Rp 38 miliar.

Meski demikian, laba tersebut turun signifikan (-84%) dari kuartal sebelumnya akhir tahun lalu. Laporan riset Ciptadana Sekuritas Asia menyebut bahwa laba kuartal pertama tersebut juga lebih rendah dari perkiraan internal Ciptadana dan konsensus pasar secara keseluruhan.

Namun demikian, prospek Bank Jago sebagai bank digital dinilai masih terlihat potensial di mana ekonomi digital Indonesia diproyeksikan memberikan kontribusi terhadap GDP pada 2025.

Selain saham ARTO, terdapat pula saham emiten teknologi informasi, digital, dan telekomunikasi yakni PT NFC Indonesia Tbk (NFCX) yang harga sahamnya ditutup melejit 20,06% ke posisi harga Rp 5.775/saham.

Nilai transaksi saham NFCX pada perdagangan Kamis kemarin mencapai Rp 116 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 25,4 juta lembar saham. Asing memburu saham NFCX sebesar Rp 65,26 miliar di pasar reguler.

Saham NFCX masuk ke jajaran top gainers karena nilai transaksinya yang cukup besar dan asing yang memborong sahamnya.

Secara kinerja keuangan, NFCX berhasil membukukan kinerja keuangan yang kuat pada tahun 2021 baik untuk total pendapatan maupun pendapatan bersih.

Pendapatan NFCX tumbuh sebesar 17,0% menjadi Rp 8,9 triliun secara tahunan pada tahun 2021, dari sebelumnya sebesar Rp 7,6 triliun pada tahun 2020.

Kontributor pertumbuhan utama berasal dari iklan cloud digital, segmen aggregator produk digital, serta tambahan tiga aliran pendapatan baru dari energi bersih, grosir digital, dan konten serta hiburan.

Adapun laba bersih NFCX pada tahun 2021 tumbuh sebesar 577% menjadi Rp 162 miliar, dari sebelumnya pada tahun 2020 sebesar Rp 24 miliar.

Selain saham ARTO dan NFCX, terdapat pula saham emiten Grup Sinar Mas yang bergerak di bidang pertambangan dan penyediaan tenaga listrik, yakni PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) atau dapat disebut sebagai saham 'termahal' kedua secara nominal di bursa.

Saham DSSA ditutup melompat 20% ke level Rp 39.600/saham kemarin. Nilai transaksi saham DSSA kemarin mencapai Rp 144,73 juta dengan volume transaksi yang diperdagangkan hanya sebanyak 3.900 lembar saham. Asing melego saham DSSA sebesar Rp 4,55 juta di pasar reguler.

Adapun saham-saham yang masuk ke jajaran top losers di antaranya saham emiten properti, ritel, dan teknologi. Berikut 10 saham top losers pada perdagangan Kamis kemarin.

Saham Top Losers

Di posisi pertama terdapat saham emiten pengelola bar dengan nama Lucy in The Sky yang juga dimiliki oleh artis Wulan Guritno, yakni PT Lima Dua Lima Tiga Tbk (LUCY). Saham LUCY ditutup anjlok hingga 8,33% ke posisi harga Rp 110/saham kemarin.

Nilai transaksi saham LUCY pada perdagangan Kamis kemarin mencapai Rp 2,21 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 19,5 juta lembar saham.

Sebelumnya pada 25 April lalu, PT Delta Wibawa Bersama (DWB) mengambilalih saham yang dimiliki Felly Imransyah, sehingga pemilik atau pengendali LUCY pun resmi berganti.

Dalam keterangannya, LUCY menyebut DWB sudah mengambil saham dari Felly Imransyah sebanyak 266.793.750 unit. Jumlah ini setara 25,78% saham LUCY.

Pengambilalihan dilakukan dengan harga Rp 107 per unit, dan harga belinya mencapai Rp 28,54 miliar. Aksi ini membuat total saham DWB di LUCY menjadi 33,07%.

"Pengambilalihan tersebut menyebabkan DWB menjadi pemegang saham Perseroan dengan kepemilikan sejumlah 342.281.250 saham atau sebesar 33,07% dari modal ditempatkan dan disetor Perseroan," tulis LUCY, dikutip Senin (25/4/2022).

DWB mengklaim sebagai perusahaan yang bergerak di bidang usaha real estate. Perusahaan ini mayoritas sahamnya dikuasai Dimas Wibowo.

Perusahaan ini dipimpin oleh Irianto dan Komisarisnya merupakan eks Direktur Utama Bulog, Djarot Kusumayakti. Atas aksi yang dilakukan DWB, kini Felly Imransyah tidak lagi memiliki saham di LUCY.

Selain itu, saham emiten peritel pemilik waralaba Hypermart yakni PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) juga masuk ke jajaran top losers kemarin, di mana sahamnya ditutup ambles 6,92% ke level harga Rp 242/saham dan menyentuh level auto rejection bawah (ARB) kemarin.

Nilai transaksi saham MPPA kemarin mencapai Rp 35,58 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 145,72 juta lembar saham. Investor asing melego saham MPPA sebesar Rp 1,97 miliar di pasar reguler.

Koreksi terjadi di tengah buruknya kinerja perseroan kuartal pertama tahun ini. MPPA membukukan penjualan sebesar Rp 1,69 triliun di sepanjang kuartal I-2022.

Angka ini lebih tinggi 9,2% jika dibandingkan dengan kuartal I-2021, dengan pertumbuhan penjualan sebesar 5,2%. Meski demikian, perseroan masih memikul rugi bersih senilai Rp 109,16 miliar.

Selain itu, saham MPPA juga terkena jual di tengah aksi jual saham ritel di Amerika Serikat (AS) pada Rabu lalu waktu AS. Saham emiten peritel Target dan Walmart dilego besar-besaran menyusul kekhawatiran investor akan inflasi tinggi yang mengurangi laba perusahaan dan permintaan konsumen.

Selain saham LUCY dan MPPA, saham emiten properti milik konglomerat Singkawang yakni PT Winner Nusantara Jaya Tbk (WINR) juga masuk ke jajaran top losers kemarin, di mana harga sahamnya ambrol 6,92% ke level Rp 148/saham. Saham WINR pun terkena level ARB kemarin.

Nilai transaksi saham WINR kemarin mencapai Rp 117,14 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 772,55 juta lembar saham. Asing juga melego saham WINR sebesar Rp 711,46 juta di pasar reguler.

Melantai di BEI pada Senin, 25 April lalu, WINR melepas 1,5 miliar saham kepada publik, setara 28,65% dari modal ditempatkan dan disetor penuh.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular