
Waspada 'Kebakaran'! Rupiah Bisa Tembus Rp 14.700/US$?

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah tidak pernah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang bulan Mei. Dalam 7 hari perdagangan hingga Rabu kemarin, rupiah melemah sebanyak 5 kali dan stagnan 2 kali.
Kemarin rupiah tercatat melemah 0,27% ke Rp 14.685/US$ yang merupakan level terlemah sejak 2 November 2020.
Sulitnya rupiah menguat di bulan ini tidak lepas dari agresifnya bank sentral AS (The Fed) dalam menaikkan suku bunga acuannya. Pelaku pasar kini menanti bagaimana respon Bank Indonesia (BI) terhadap kenaikan suku bunga yang agresif tersebut. BI akan mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 23 - 24 Mei mendatang.
Pada hari ini, Kamis (19/5/2022) rupiah masih berisiko terpuruk sebab sentimen pelaku pasar yang kembali memburuk. Hal ini terlihat dari jebloknya bursa saham AS (Wall Street). Indeks Dow Jones ambrol hingga 3,57%, S&P 500 4% dan Nasdaq jeblok hingga 4,7%. Kemerosotan tersebut menjadi yang terbesar sejak Juni 2020.
Aksi jual yang melanda kiblat bursa saham dunia tersebut merembet ke Asia, indeks Nikkei Jepang pagi ini sudah turun lebih dari 2%. Memurunya sentimen pelaku pasar tersebut tentunya akan memberikan tekanan tambahan bagi rupiah.
Secara teknikal setelah berkonsolidasi sejak awal tahun ini di kisaran Rp 14.240/US$ sampai Rp 14.400/US$, rupiah akhirnya melewati batas atas tersebut di akhir bulan lalu hingga saat ini terus mengalami pelemahan.
Selama tertahan di atas Rp 14.400/US$, risiko rupiah mengalami tekanan cukup besar.
Indikator Stochastic pada grafik harian berada di wilayah overbought.
![]() Foto: Refinitiv |
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Indikator stochastic yang berada di wilayah overbought tentunya membuka peluang penguatan rupiah.
Stochastic pada grafik 1 jam juga berada di wilayah overbought sehingga membuka peluang penguatan rupiah.
![]() Foto: Refinitiv |
Support terdekat berada di kisaran Rp 14.650/US$, jika mampu menembusnya rupiah berpeluang menguat menuju Rp 14.620/US$.
Sementara resisten berada di kisaran Rp 14.700/US$, jika ditembus rupiah berisiko melemah ke Rp 14.730/US$ yang merupakan resisten kuat, yakni Fibonacci Retracement 61,8%.
Fibonacci Retracement tersebut ditarik dari level terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$. Jika resisten tersebut ditembus dan rupiah tertahan di atasnya maka risiko ke Rp 15.000/US$ akan semakin besar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
