
Naik 4 Hari Beruntun, Dolar Singapura Dekati Rp 10.600/SG$!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs dolar Singapura melesat melawan rupiah Selasa kemarin hingga membukukan penguatan 3 hari beruntun. Kenaikan tersebut masih berlanjut pada perdagangan hari ini dan mendekati Rp 10.600/SG$.
Pada Rabu (18/5/2022) pukul 13:07 WIB, dolar Singapura diperdagangkan di kisaran Rp 10.587/SG$, naik 0,14% di pasar spot. Level tersebut merupakan yang tertinggi dalam satu bulan terakhir.
Data dari Singapura yang menunjukkan pertumbuhan ekspor non-minyak (NODX) mengalami pelambatan tidak membuat dolar Singapura mengendur.
Ekspor sangat penting bagi Australia, karena merupakan kontributor terbesar produk domestik bruto (PDB).
Rasio ekspor terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Singapura lebih dari 100%. Singapura menjadi negara dengan rasio ekspor terhadap PDB terbesar di dunia. Artinya, ketika ekspornya mulai tinggi, maka pertumbuhan ekonomi mengekor.
Enterprise Singapore (ESG)kemarin melaporkan ekspor non-minyak tumbuh 6,4% year-on-year (yoy) di bulan April, melambat dari bulan sebelumnya 7,7% (yoy).
Pertumbuhan tersebut menjadi yang terendah dalam 8 bulan terakhir. Sementara jika dilihat secara bulanan, NODX mengalami kontraksi 3,3% (month-to-month/mom), lebih tajam dari bulan Maret yang minus 2,3% (mtm).
China yang melakukan lockdown di beberapa wilayah membuat NODX Singapura menjadi melambat. Maklum saja, China merupakan pasar ekspor terbesar Singapura.
Dari dalam negeri, kemarin Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor Indonesia pada April 2022 melampaui US$ 27 miliar naik 47,76% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy). Nilai tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang masa.
Salah satu pendorong utama lonjakan ekspor adalah pertambangan yang mencapai US$ 6,41 miliar atau tumbuh 182,48% secara yoy dan 18,58% secara mtm.Batu bara adalah penyumbang terbesar.
"Kenaikan harga batu bara karena kenaikan harga," kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers, Selasa (17/5/2022).
Di sisi lain, nilai impor Indonesia pada bulan lalu sebesar US$ 19,76 miliar, tumbuh 21,97% (yoy). Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia membukukan surplus US$ 7,56 miliar. Ini membuat neraca perdagangan mengalami surplus selama 24 bulan beruntun, sayangnya belum mampu mendongkrak kinerja rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekonomi Singapura Tumbuh Tinggi, Dolarnya Makin Mahal dong?
