
Shanghai Mau Buka 'Gembok', Harga Minyak Melonjak

Investor merespons positif perkembangan di China. Negeri Tirai Bambu membuka wacana untuk melonggarkan pembatasan akibat pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).
Shanghai, wilayah yang sudah berminggu-minggu memberlakukan karantina wilayah (lockdown), rencananya akan kembali dibuka dan warga boleh beraktivitas secara normal pada 1 Juni mendatang. Wacana ini datang setelah 15 dari 16 distrik di pusat ekonomi dan finansial China itu mengalami penurunan kasus positif Covid-19.
Pada 16 Mei, data John Hopkins University menyebut kasus positif harian Covid-19 di Shanghai ada 70 orang. Ini adalah yang terendah sejak 27 Maret.
Selain itu, permintaan minyak di Amerika Serikat (AS) juga masih sangat kuat. Stok di cadangan minyak strategis Negeri Paman Sam tercatat 542,999 juta barel pada pekan yang berakhir 2 Mei. Ini adalah yang terendah sejak 2017.
"Meski harga bahan bakar minyak (BBM) semakin mahal, tetapi belum ada tanda penurunan permintaan. Pembukaan ekonomi yang semakin luas di AS begitu kuat dalam mendorong permintaan," kata Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates yang berbasis di Illinois (AS), seperti dikutip dari Reuters.
China dan AS adalah konsumen minyak terbesar dunia. Ketika permintaan di dua negara tersebut naik, maka akan sangat mempengaruhi pergerakan harga.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)[Gambas:Video CNBC]