Harga Batu Bara Naik Pekan Lalu, Gimana Nasibnya Minggu Ini?

Feri Sandria, CNBC Indonesia
16 May 2022 16:35
Pengapalan batu bara. (Dok: PLN)
Foto: Ilustrasi pengangkutan batu bara (CNBC Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Penguatan harga batu bara pekan ini terpangkas menjadi 1%, setelah pada perdagangan hari terakhir pada Jumat (13/5/2022) harganya terkoreksi nyaris 2%. Hingga akhir pekan lalu, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) untuk kontrak Juni ditutup di level US$ 362 per ton.

Secara keseluruhan, dalam sebulan, harga emas hitam juga masih menguat 12% dan dalam setahun melesat 246%.

Kembali menguatnya harga batu bara pekan lalu masih disokong oleh tingginya permintaan, terutama dari India dan Eropa. Permintaan dari India diperkirakan masih akan tinggi seiring makin menipisnya pasokan di negara tersebut.

Pasokan batu bara di pembangkit listrik India dalam kondisi kritis karena hanya setara dengan delapan hari. Level tersebut jauh di bawah pasokan pada periode yang sama tahun lalu, yakni 16 hari.

Menipisnya pasokan disebabkan lonjakan penggunaan listrik setelah gelombang panas yang mengakibatkan penggunaan listrik untuk pendingin ruangan melonjak. Kondisi ini langsung berpengaruh terhadap pasokan batu bara.

Untuk menambah pasokan, Kementerian Kelistrikan India sudah mengeluarkan aturan yang mewajibkan pembangkit listrik yang menggunakan batu bara impor untuk beroperasi dengan kapasitas penuh.

Pemerintah India mendesak dunia usaha di negaranya untuk segera merealisasikan impor batu bara sebanyak 19 juta ton. Tenggat waktunya adalah akhir Juni ini.

Produksi batu bara India sebenarnya meningkat 9% pada Januari-April 2022. Akan tetapi rusaknya jalur kereta api membuat distribusi batu bara terganggu karena jumlah kereta yang mengangkut batu bara tidak bisa ditingkatkan.

Sementara itu, negara-negara Uni Eropa masih mencari pemasok baru untuk batu bara setelah memutuskan untuk melarang impor komoditas tersebut dari Rusia. Selain dari Amerika Serikat dan Kolombia Eropa juga mengincar Botswana sebagai pemasok baru.

Dilansir dari Reuters, Presiden Botswana Mokgweetsi Masisi mengatakan pihaknya sudah menerima permintaan batu bara sebanyak 50.000 ton per bulan dari perusahaan swasta dan pemerintah Eropa. Merujuk data ec.europa.eu, Uni Eropa memproduksi batu bara jenis hard coal (batu bara energi tinggi) sebanyak 57,2 juta ton di tahun 2021.

Namun, konsumsi batu bara jenis tersebut mencapai 160 juta ton. Untuk memenuhi kebutuhan, Uni Eropa mengimpor batu bara dari Rusia ( 56%), Amerika Serikat (175), dan Australia (15%).

Produksi batu bara harian China pada April melonjak 11% dari tahun sebelumnya. Hal itu didorong oleh perintah pemerintah untuk meningkatkan pasokan guna memastikan keamanan pasokan energi negara tersebut. Namun secara volume, angka tersebut turun dari rekor tertinggi yang dicapai pada Maret lalu.

China, yang merupakan produsen batu bara terbesar dunia, bulan lalu menambang 362,8 juta ton berdasarkan data dari Biro Statistik Nasional yang dipublikasikan hari Senin (16/5/2022) ini. Produksi tersebut setara dengan 12,09 juta ton per hari, turun dibandingkan dengan rekor 12,77 juta ton bulan lalu, tetapi meningkat dari 10,74 juta ton per hari pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Selama empat bulan pertama tahun ini, China telah memproduksi 1,45 miliar ton atau mengalami peningkatan 11% dari pada periode yang sama tahun sebelumnya

Dilansir Reuters, China berambisi untuk meningkatkan produksi batu bara harian di atas 12,6 juta ton dan membangun inventaris nasional sebesar 620 juta ton demi memastikan pasokan yang cukup.

Pemerintah juga mendesak daerah yang sebagian besar mengandalkan batu bara impor untuk menandatangani lebih banyak kontrak setidaknya untuk satu tahun dengan produsen batu bara dalam negeri demi mengamankan pasokan.

Bank Sentral China mengatakan bahwa, untuk mendukung lebih banyak produksi, mereka telah mengalokasikan pinjaman tambahan sebesar 100 miliar yuan (US$ 14,7 miliar/Rp 211 triliun) yang didedikasikan untuk produksi, penyimpanan, dan pembelian batu bara oleh pembangkit listrik.

Beijing juga telah menetapkan batas harga untuk batu bara termal di bawah perdagangan spot dan kontrak berjangka untuk mengurangi tekanan inflasi dan menyeimbangkan keuntungan antara penambang batu bara dan utilitas.

Persediaan batu bara di utilitas di delapan wilayah pesisir China mencapai 29,66 juta ton pada 7 Mei, 25% lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu, menurut data yang dilacak oleh China Coal Transportation and Distribution.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular