Pasca Libur Waisak Hari Ini, Harga CPO Siap Bangkit?

adf, CNBC Indonesia
16 May 2022 15:00
Pekerja mengangkut kelapa sawit kedalam jip di Perkebunan sawit di kawasan Candali Bogor, Jawa Barat, Senin (13/9/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Pekerja mengangkut kelapa sawit kedalam jip di Perkebunan sawit di kawasan Candali Bogor, Jawa Barat, Senin (13/9/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka minyak sawit mentah (CPO) di Bursa Malaysia tidak diperdagangkan pada Senin (16/5/2022). Ini lantaran, seperti di Indonesia, Malaysia hari ini libur untuk memperingati Hari Waisak 2022.

Menurut data Refinitiv, kontrak berjangka 3 bulan CPO melemah 0,48% selama pekan lalu di level MYR 6.369/ton. Dalam sebulan, harga CPO juga turun 1,53%, kendati sejak awal tahun (ytd) masih melesat 35,60%.

Sebagaimana diwartakan Reuters, Anilkumar Bagani, Kepala Penelitian Pialang Minyak Nabati Sunvin Group mengatakan bahwa pasar sedang mencari kejelasan kapan Indonesia akan mencabut larangan ekspor CPO dan juga sedang menunggu kebijakan oleh Kementerian Komoditas Malaysia mengenai pajak ekspor yang lebih rendah.

Larangan ekspor CPO Indonesia akan membuat Malaysia mendominasi pasokan CPO ke India, yang merupakan negara importir terbesar di dunia.

Ditambah dengan rencana Malaysia untuk memotong pajak ekspor CPO sekitar setengah dari pajak normal, membuat CPO Malaysia makin menarik untuk investor.

Asal tahu saja, pemerintah sejak 28 April 2022 telah memberlakukan pelarangan ekspor CPO dan turunannya. Saat ini, pemerintah mengatakan masih akan terus melakukan evaluasi secara berkala terkait dampak ekonomi dari kebijakan tersebut.

"Ini akan terus kami evaluasi. Prioritas pemerintah jelas menjaga momentum pertumbuhan ekonomi," jelas Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu dalam Taklimat Media BKF, Jumat (13/5/2022).

Menurut Survei Solvent Extractors Association of India (SEA) bahwa kemungkinan ekspor CPO Indonesia ke India akan turun 35% pada tahun ini dengan kontrak yang berakhir pada 31 Oktober 2022. Dalam kurun lima bulan pertama di tahun 2021-2022, India telah membeli 1,47 juta ton CPO Malaysia, dibandingkan dengan CPO Indonesia hanya 982.123.

Jika larangan ekspor Indonesia tetap berlaku selama dua pekan lagi, maka impor CPO dari Indonesia ke India bulan Juni bisa turun menjadi 350.000 ton dan akan diisi oleh pasokan CPO Malaysia.

"Anda tidak bisa hanya mengandalkan Indonesia dan menjalankan bisnis. Bahkan, jika Indonesia menawarkan Anda diskon, kita harus mengamankan pasokan untuk melindungi diri dari kebijakan Indonesia yang tidak dapat diprediksi. Kami tidak bisa mundur hanya karena bahan baku tidak tersedia," kata pedagang minyak nabati berbasis di Mumbai yang dikutip dari Ukr Agro Consult.

Meskipun ekspor CPO Malaysia meningkat, tapi kekhawatiran akan persediaan CPO Malaysia yang ketat karena krisis tenaga kerja asing, masih menjadi sorotan utama.

Diler Kargo Societe Generale de Surveillance pada Rabu (11/5) melaporkan bahwa ekspor minyak sawit Malaysia untuk periode 1-10 Mei naik 45,2% menjadi 371.295 ton dari 255.789 ton jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Namun, Malaysia saat ini masih kekurangan sebanyak 32.000 tenaga kerja asing.

Malaysia memproduksi sekitar 40% dari produksi CPO Indonesia, sehingga tidak dapat sepenuhnya menggantikan pasokan Indonesia. Meski demikian, India ingin meningkatkan kesepakatan dengan Malaysia dan mengurangi ketergantungannya pada Indonesia.

Bagaimana Nasib CPO Pekan Ini?

Kontrak berjangka CPO di Bursa Malaysia Derivatives diproyeksi akan diperdagangkan dengan bias naik minggu ini di tengah ekspektasi ekspor yang lebih tinggi.

Melansir Bernama, trader CPO David Ng mengatakan, ketidakpastian seputar larangan ekspor minyak nabati Indonesia akan terus mendukung permintaan minyak sawit Malaysia.

David bilang, ketidakjelasan kapan larangan ekspor minyak nabati Indonesia akan dicabut telah mendorong peningkatan permintaan minyak sawit Malaysia, terutama dari pembeli utama India dan China.

"Cadangan India semakin menipis dan sebagai importir minyak nabati nomor satu dunia, Malaysia dipandang sebagai pemasok yang lebih andal," katanya kepada Bernama.

David menambahkan, pembelian China juga dapat pulih setelah lockdown negara untuk membatasi penyebaran COVID-19 mulai dilonggarkan. Oleh karena itu, David memprediksi, CPO akan diperdagangkan naik antara MYR 6.200 dan MYR 6.700 minggu ini.

Sementara, pemilik dan salah satu pendiri Palm Oil Analytics yang berbasis di Singapura, Sathia Varqa, mengatakan bargain hunting dan prospek ekspor yang kuat akan mendukung pasar.

Namun, catat Sathia, kenaikannya terlihat rapuh lantaran faktor bearish yang masih ada di pasar saat ini.

"Dengan perdagangan empat hari minggu depan di Malaysia, pasar akan menyaksikan minggu yang sangat bergejolak dengan semua mata tertuju pada perubahan larangan ekspor Indonesia," tambahnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Market Bites: Harga CPO Melesat & Produksi Migor Murah BUMN

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular