Emas Bangkit dari Level Terendah 3 Bulan, Pertanda Apa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia naik tipis pada perdagangan Senin pagi (16/5/2022). Emas mencoba keluar dari level terendah dalam 3 bulan terakhir yang dialami pada Jumat pekan lalu (13/5/2022).
Menurut data Refinitiv, pukul 09.28 WIB, harga emas di pasar spot mencapai US$ 1.812,30/troy ons, naik 0,06% ketimbang perdagangan Jumat.
Pada Jumat lalu, harga emas spot berada di US$ 1.811,15 per troy ons.
Level harga tersebut adalah yang terendah sejak 4 Februari 2022 yakni US$ 1.807,49 per troy ons atau lebih dari tiga bulan terakhir.
Dalam sepekan, harga emas sudah terkoreksi 2,24% secara point to point.
Sementara, dalam sebulan harga si logam kuning sudah turun 8,22%. Memang, sejak menyentuh level US$ 2.052,41 per troy ons pada 8 Maret 2022, harga emas cenderung 'menuruni bukit'.
Mulai reboundnya harga emas spot terjadi di tengah melemahnya dolar Amerika Serikat (AS) seiring naiknya imbal hasil (yield) Treasury AS.
Melansir Reuters, dolar cenderung stabil pada Senin setelah sempat merosot di sesi sebelumnya. Namun, greenback (sebutan untuk dolar AS) masih mencatatkan kenaikan mingguan keenam secara berturut-turut minggu lalu di tengah munculnya alarm perlambatan pertumbuhan ekonomi global.
Sekadar informasi, performa dolar yang kuat cenderung membuat emas sebagai aset safe-haven menjadi kurang menarik bagi pembeli yang memegang mata uang lainnya.
Selain itu, yield Treasury AS tenor 10 tahun juga sempat naik dan masih berada di level tinggi, saat ini berada 2,906%. Ini turut membatasi permintaan terhadap emas yang notabene tidak memiliki bunga atawa imbal hasil.
Di tengah tren penguatan dolar dan sentimen dari The Fed, analis dari OANDA Edward Moya menilai, harga emas masih akan tertekan.
"Penguatan dollar AS membuat emas ada dalam zona bahaya. Jika emas anjlok ke level US$ 1.800 harganya bisa terus anjlok hingga ke kisaran US$ 1.750. Emas sulit menawarkan daya tarik selama pergerakan dollar AS sangat kuat," tutur Edward Moya.
Moya menambahkan, ekspektasi pasar terkait kenaikan suku bunga acuan The Fed dan kondisi pasar yang tengah risk off menyulitkan emas untuk melaju apalagi menembus level US$ 1.900.
Berbeda, Ravindra Rao dari Kotak Securities, mengingatkan emas masih berpotensi naik jika kekhawatiran akan memburuknya ekonomi global terus menguat. Emas sebagai aset aman akan menjadi pilihan orang di saat ekonomi memburuk.
Namun, dia juga menegaskan bahwa jika pergerakan harga emas masih akan sangat ditentukan oleh dolar AS.
"Harga emas kemungkinan tidak akan melonjak tajam kecuali dolar AS melemah drastis," tutur Ravindra seperti dikutip dari livemint.com.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)