
Investasi Telkom di GOTO Ciptakan Kolaborasi dan Sinergi Kuat

Jakarta, CNBC Indonesia - Kebijakan Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) atau 0,50% membuat indeks seluruh saham global mengalami tekanan jual.
Investor, baik itu di Indonesia maupun global berbondong-bondong melepaskan sahamnya dan beralih mengkonversi uangnya ke Dollar Amerika. Saham yang banyak dilepas oleh investor saat ini adalah emiten di perusahaan teknologi.
Bahkan Softbank melalui investasinya, Vision Fund, mencatatkan rekor kerugian US$ 27 miliar atau Rp 395 triliun akibat penurunan harga saham efek dari kebijakan The Fed yang menaikkan suku bunga acuannya pekan lalu. Sahamnya pun ditutup anjlok 11% jika dibandingkan harga saham bulan lalu.
Saham perusahaan teknologi di Indonesia juga mengalami nasib mirip dengan investasi yang dilakukan oleh Softbank. Emiten bank digital seperti Bank Jago (ARTO) dan marketplace seperti Bukalapak (BUKA) dan Gojek Tokopedia (GOTO) mengalami koreksi yang cukup dalam.
Meski mengalami koreksi, Senior Vice President Corporate Communication & Investor Relation Telkom Indonesia Ahmad Reza meyakini prospek industri digital di Indonesia masih cukup menjanjikan. Dengan penetrasi masyarakat akan layanan digital yang masih rendah, membuat potensi industri digital di Indonesia berpotensi untuk terus meningkat.
Terkait dengan investasi Telkomsel di GOTO, Reza mengutarakan bahwa dinamika harga sangat mungkin terjadi di pasar saham. Harga saham bisa turun dalam, namun bisa juga melonjak cukup tinggi sesuai dengan kondisi pasar, baik itu global maupun regional. Naik turunnya harga saham ini dipercaya akan membuat potensi capital gain ataupun capital lost.
"Dinamika harga saham merupakan suatu yang lazim terjadi. Seperti tahun lalu, kami mencatatkan unrealized gain atas investasi GoTo sebesar Rp 2,5 triliun. Namun kini bisa terjadi unrealized loss," papar Reza, Minggu (15/5/2022)
Lanjut Reza, ketika Telkom Group mengambil keputusan untuk berinvestasi di suatu perusahaan, tidak semata-mata hanya mempertimbangkan aspek capital gain/ loss, tetapi juga mempertimbangkan aspek yang lebih luas lagi, seperti sinergi dalam upaya membangun ekosistem digital nasional yang lebih besar yang salah satunya melalui investasi Telkom Group di GOTO.
Dengan investasi Telkom Group di GOTO akan menciptakan kolaborasi dan sinergi yang sangat bagus seperti menghadirkan program khusus untuk mitra Gojek serta easy on boarding merchant mitra Gojek menjadi reseller Telkomsel, akses mudah untuk reseller melalui GoShop, dan fitur keamanan seperti number masking.
"Merger Gojek-Tokopedia semakin memperkuat investasi Telkomsel di Gojek untuk menjadi solusi digital yang lengkap dengan nilai sinergi value yang cukup tinggi. Telkomsel juga memberikan solusi kepada pengemudi dan merchant Gojek untuk meningkatkan engagement melalui penggunaan layanan digital connectivity dan platform advertising Telkomsel, sehingga dengan adanya program sinergi ini, kami berharap akan tercipta nilai tambah (value creation) yang berkelanjutan, baik bagi Telkom, GoTo, dan Indonesia di masa depan," jelasnya.
Pada kuartal 1 2022, Reza menjelaskan kinerja keuangan dan operasional Telkom cukup solid. Ini tercermin dari ulasan para analis pasar modal yang positif terhadap kinerja Telkom Group. Ke depan, Telkom percaya hasil ini semakin baik terutama dengan transformasi yang dilakukan Telkom yaitu strategi 5 bold moves.
"Telkom akan terus mempertahankan kinerja keuangannya. Berbagai strategi disiapkan Telkom seperti fokus pada penciptaan mesin pertumbuhan revenue baru termasuk pada segmen non-mobile, seperti pengembangan data center dan cloud business, B2B IT service, inisiatif fixed mobile convergence, dan pengembangan DigiCo digital service secara selektif," pungkas Reza.
(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham Telkomsel di GoTo Lebih Murah Daripada Investor Pra-IPO