Review Fitch Rating: Anjlok 13%, Timah Paling Merana Sepekan

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Jumat, 13/05/2022 18:35 WIB
Foto: Ilustrasi: Minyak mengalir keluar dari semburan dari sumur 1859 asli Edwin Drake yang meluncurkan industri perminyakan modern di Museum dan Taman Drake Well di Titusville, Pennsylvania AS, 5 Oktober 2017. REUTERS / Brendan McDermid / File Foto

Jakarta, CNBC Indonesia - Berbagai komoditas menctatkan kinerja negatif pada perdagangan pekan ini. Penyebaran virus Corona (Coronavirus Disease 2019/Covid-19) jadi pemicu. Pasalnya China adalah konsumen utama komoditas baik energi hingga logam.

Berikut tinjauan harga komoditas pekan ini yang sudah dirangkum Tim Riset CNBC Indonesia:

Minyak Mentah


Harga minyak mentah jenis Brent telah turun sekitar 3% point-to-point (ptp) dan sempat menyentuh level US$ 101/barel. Sementara jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) turun 2,3% ptp.

Permintaan fisik untuk minyak sedang lesu karena impor China yang lebih rendah. Penyebabnua karena kebangkitan Covid-19 dan lockdown yang meluas menurunkan konsumsi bahan bakar.

Selain itu, harga minyak mentah dunia tertekan asat kekhawatiran pertumbuhan ekonomi glonal melambat akibat kenaikan suku bunga.

Mata uang Paman Sam, dolar, turut andil membebani harga minyak yang sempat ke US$ 130/barel. Dolar yang menguat membuat minyak yang dibanderol dengan greenback menjadi lebih mahal dibanding pemegang mata uang lain.

Harga minyak yang tertahan di level US$ 100/barel ditopang oleh usulan Uni Eropa atas larangan impor minyak Rusia. Ini membuat cemas pelaku pasar atas pasokan minyak Rusia di pasar. Akan tetapi


(ras/ras)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Iran-Israel Bikin Harga Komoditas Naik, RI Diuntungkan?

Pages