Bukan Asing, Ini Biang Kerok yang Bikin IHSG Ambrol

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
13 May 2022 10:48
Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (9/5/2022). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (9/5/2022). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada awal tahun ini ada kabar baik dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berhasil mencapai rekor psikologis baru di atas 7.000. Ini tentu saja menjadi berita baik bagi pasar saham di Indonesia.

Sayangnya berita baik ini tidak bertahan lama. Usai libur Lebaran, tepatnya sejak pembukaan pasar di hari pertama pada bulan Mei, IHSG selalu ambrol. IHSG masih diterpa tekanan yang kuat sehingga lanjut anjlok hingga Kamis (12/5/2022).

Hingga pukul 11.03 WIB kemarin, IHSG drop 1,99% ke level 6.680. Sekali lagi, indeks keluar dari dua level psikologis sekaligus yakni 6.800 dan 6.700 hanya dalam hitungan jam. Bahkan sebelum sesi I berakhir.

Investor asing terpantau net sell sebesar Rp 173 miliar di pasar reguler. Sebenarnya net sell asing tak terlalu besar jika dibandingkan dengan tiga hari perdagangan terakhir yang mencapai angka triliunan rupiah.

Asing masih berkutat melakukan penjualan saham-saham big cap perbankan. Berikut ini adalah saham-saham yang paling banyak dilepas asing:

• PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) net sell Rp 237 miliar

• PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) net sell Rp 71 miliar

• PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) net sell Rp 67 miliar

• PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) net sell Rp 52 miliar

• PT Bumi Resources Tbk (BUMI) net sell Rp 20 miliar

Sentimen negatif yang datang dari Wall Street membuat bursa saham Asia termasuk Indonesia kebakaran. Di kawasan Asia, kinerja IHSG termasuk yang terburuk. Namun rata-rata koreksi yang dialami oleh indeks acuan bursa saham lain juga lebih dari 1%. 

Pada Rabu (11/5/2022), Wall Street kembali ditutup dengan koreksi setelah rilis data inflasi AS bulan April 2022. Indeks S&P 500 serta Dow Jones ambles masing-masing sebesar 1,65% dan 1,02%. Sementara itu Nasdaq Composite anjlok 3,18%.

Indeks Harga Konsumen (IHK) April melompat 8,3% atau lebih buruk dari ekspektasi ekonomi dan analis dalam polling Dow Jones yang memperkirakan angka 8,1%. Namun, realisasi tersebut masih lebih landai dari inflasi Maret yang tercatat sebesar 8,5%.

Inflasi inti, yang mengecualikan harga energi dan makanan, melompat 6,2% atau lebih buruk dari ekspektasi sebesar 6%. Dalam basis bulanan, inflasi tercatat sebesar 0,3% sedangkan inflasi inti sebesar 0,6%.

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) melaporkan penjualan ritel tumbuh 2,6% secara bulanan dan 9,3% secara tahunan pada Maret 2022.

Berdasarkan hasil survei penjualan eceran (SPE), responden memperkirakan penjualan ritel akan tumbuh 6,8% dibanding bulan Maret 2022 seiring dengan adanya momentum puasa Ramadan.

Namun rilis data ekonomi domestik yang bagus tersebut tidak mampu menjadi katalis positif untuk IHSG. Harap maklum karena sentimen eksternal memang masih dominan. 


(vap/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular