
Rupiah Melemah? Tenang, Biasanya Jatuh Terpuruk Lebih Buruk

Jakarta, CNBC Indonesia - Pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir bukan sesuatu yang buruk. Sebab dalam situasi global seperti sekarang, biasanya situasi rupiah amat sangat buruk.
"Rupiah harus diapresiasi, biasanya risk off global itu membuat rupiah kita sangat tertekan tapi kali ini tidak separah itu," ungkap Heriyanto Irawan, Ekonom Verdhana Sekuritas dalam webinar, Jumat (13/5/2022)
Melansir data Refintiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan, kemudian sempat menguat tipis 0,03% sebelum berbalik melemah 0,21% ke Rp 14.625/US$. Level tersebut merupakan yang terlemah dalam satu setengah tahun terakhir, tepatnya sejak 3 November 2020.
Hal ini dipengaruhi oleh keputusan Bank Sentral AS Federal Reserve (Fed) menaikan suku bunga acuan sebanyak 50 basis poin menjadi 0,75-1%. Kenaikan tersebut menjadi yang terbesar dalam 22 tahun terakhir. Tidak hanya itu, ketua The Fed Jerome Powell mengindikasikan akan kembali menaikkan suku bunga 50 basis poin dalam pertemuan mendatang.
Pasar keuangan global lantas merespons dengan membawa modal pergi dari negara berkembang seperti Indonesia. Sehingga mata uang banyak negara melemah terhadap dolar AS. Beruntung rupiah melemah namun tidak sedalam negara lain.
Menurut Heriyanto, alasan cukup tangguhnya rupiah adalah investor menilai fundamental ekonomi Indonesia kini bagus. Terlihat dari pemulihan ekonomi yang berlanjut, inflasi terkendali, defisit transaksi berjalan yang rendah dan kebijakan fiskal serta moneter yang kredible. Investor pun tidak mengangkut dana banyak keluar.
"Investor lokal dan asing cukup apresiasi terhadap Indonesia," imbuhnya.
Di sisi lain, lonjakan harga komoditas membuat ekspor Indonesia meningkat. Maka dari itu pasokan dolar AS di dalam negeri masih cukup. Heriyanto memandang pelemahan nilai tukar bersifat sementara.
"Kami berharap ini seketika karena masalahnya global bukan fundamental," tegas Heriyanto.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI, Jepang, China Hingga Korsel Siap 'Buang' Dolar AS di 2024