Menghitung Untung-Rugi Larangan Ekspor Minyak Sawit Jokowi

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
12 May 2022 16:09
minyak goreng
Foto: dce

Founder dan Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Policy Institute (PASPI) Tungkot Sipayung menambahkan, larangan ekspor membuat disparitas harga antara domestik dengan internasional semakin besar sehingga potensial memicu terjadinya penyelundupan.

"Jadi larangan ekspor mengorbankan petani sawit tapi juga tidak berhasil melindungi kepentingan konsumen migor domestik (yang menjadi tujuan kebijakan larangan ekspor)," kata Tungkot.

Dia menambahkan, saat ini tak lagi ada urgensi bagi pemerintah 'memaksakan' harga minyak goreng rendah dengan kebijakan larangan ekspor. Sebab, Jokowi telah mengucurkan bantuan langsung tunai (BLT) minyak goreng Rp100.000 per bulan.

Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Gulat ME Manurung menambahkan, meski niat larangan ini bagus, namun pada ujungnya justru menempatkan semua beban kepada petani kelapa sawit.

Gulat mengatakan, penutupan keran ekspor yang diawali dengan ketidakpastian dan penjelasan dari pemerintah, menyebabkan harga tandan buah segar (TBS) petani anjlok.

Meski ada ketentuan yang diterapkan Menteri Pertanian lewat Permentan No 1/2018, masih ada produsen atau pabrik kelapa sawit yang nakal dan menerapkan harga sepihak.

"Per tanggal 8 Mei, secara umum hampir di semua provinsi terjadi penurunan, namun sedikit lebih baik dibandingkan sebelum Lebaran. Harga di level petani swadaya yang paling jauh penurunannya dibanding plasma pasca-Lebaran, yaitu harga rerata di 8 provinsi Pergub Rp 1.931/kg dan di provinsi yang belum memiliki Pergub Rp 1.775/kg," kata Gulat kepada CNBC Indonesia, Selasa (10/5/2022).

Di sisi lain, Jokowi menegaskan larangan akan dicabut setelah harga minyak goreng terjangkau.

Sementara, hingga saat ini, harga minyak goreng curah yang sudah disubsidi pun masih di atas HET ditetapkan, Rp14.000 per liter atau Rp15.500 per kg.

Harga minyak goreng dalam kemasan pun masih bertengger di atas Rp22.000 per liter, bervariasi tergantung merek. Bahkan, masih ada merek yang dibanderol Rp55.000 per 2 liter.

Meski, di beberapa toko, terpantau harga minyak goreng merek tertentu sudah melandai ke bawah Rp50.000 per 2 liter karena diskon.

"Seharusnya harga sudah harus turun ke Rp 14 ribu per liter. Mengapa bisa terjadi anomali tersebut? Patut diduga terjadi kombinasi dua hal. Pertama produksi minyak goreng curah yang masuk pasar berkurang baik akibat larangan ekspor maupun karena libur Lebaran. Kedua, terjadi penyelundupan yang lumayan besar. Hal ini terkonfirmasi dari tangkapan penyelundupan minyak goreng dari Bea Cukai dan TNI AL baru-baru ini," kata Tungkot.

Tak hanya di dalam negeri, larangan ekspor juga menuai respons negatif dari para trader CPO di luar negeri. Di tengah ketatnya pasokan minyak nabati dunia, termasuk CPO Malaysia, pasar internasional dibuat ricuh oleh kebijakan Indonesia yang diakui di luar dugaan tersebut.

Para pengusaha penyulingan minyak atau refinery India merasa harus melindungi rantai pasokan mereka dari perubahan kebijakan ini. Sejak intervensi pemerintah di pasar minyak sawit.

"Anda tidak bisa hanya mengandalkan Indonesia dan menjalankan bisnis, bahkan jika Indonesia menawarkan diskon, kita tetap harus mengamankan pasokan dari Malaysia untuk melindungi diri dari kebijakan Indonesia yang tidak dapat diprediksi," kata Pengusaha Refinery Minyak Sawit di Mumbai, seperti dilansir Reuters, Selasa (10/5/2022).

Segera Evaluasi

Karena itu, Tungkot meminta pemerintah segera mengevaluasi larangan ekspor tersebut.

"Karena itu, seminggu setelah Idulfitri, kebijakan larangan ekspor CPO, RBD palm oil, RBD palm olein perlu dievaluasi. Jika pemerintah ingin agar kebutuhan domestik terlindungi (tidak terlalu mahal), dapat digunakan instrumen pungutan ekspor sawit sebagai pengganti larangan ekspor," kata Tungkot.

Meski, secara tak terduga, Dewan Minyak Sawit Indonesia mendukung kebijakan Jokowi tersebut.

"Nggak perlu dikhawatirkan. Kami membacanya ini sebagai shifting sementara. Ibaratnya mengisi danau dulu sampai penuh, dari yang tadinya alirannya terbagi ke danau dan ke samudera," kata Plt Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia Sahat Sinaga dalam keterangan pers virtual, Kamis (28/4/2022).

Sahat optimistis, kinerja ekspor CPO dan turunannya masih akan bisa cetak kinerja positif tahun ini dan justru akan memacu penciptaan nilai tambah di dalam negeri.

"India dan China sangat membutuhkan stearin. Ekspor stearin yang lebih bernilai tambah akan menopang kinerja ekspor kita tahun ini," ujar Sahat.

(vap/vap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular